jpnn.com - jpnn.com - Andi Alifian Mallarangeng tetap berkarya meski berada di balik jeruji penjara. Sebuah buku disiapkannya sebelum bebas.
Yusriadi - Bandung
BACA JUGA: KPK Jebloskan Choel Mallarangeng ke Rutan Guntur
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamismin di Bandung, Jawa Barat, Selasa, 31 Januari. Waktu makan siang sudah tiba.
Pesanan mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin sudah tersedia di saung.
Tiba-tiba muncul Andi Mallarangeng. Masih dengan senyum khasnya yang begitu dikenal publik ketika menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga. Di Sukamiskin, pria berkumis ini disapa Daeng Anto.
Ajakan makan oleh Ilham ditolaknya. Katanya ia baru saja makan.
“Eh bagaimana kabar-ta dik?” ucapnya sambil bersalaman dengan penulis yang menyapanya.
Pria 53 tahun ini tampak bugar. Sayangnya, tangan kirinya sedang diperban. Jari manis dan kelingkingnya patah. Sehari sebelumnya ia cedera saat main basket di lapas tersebut.
Soal olahraga, Andi Mallarangeng memang jagonya. Semua olahraga digelutinya. Warga binaan lainnya pun mengakui kehebatan sang mantan menteri dalam olahraga.
Bahkan, di tenis lapangan, ia dijuluki “raja” di Sukamiskin.
“Sekarang pun masih bisa main. Yang sakit kan tangan kiri. Pegang raket pakai tangan kanan. Kiri ini masih bisa angkat bola,” katanya sampil memeragakan gaya mengangkat bola, lalu melakukan servis.
Andi Mallarangeng tak banyak berubah. Masih ramah. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Dengan riang dia menceritakan kehidupannya selama di Sukamiskin.
Tak hanya aktif berolahraga. Kakak Choel Mallarangeng ini juga rajin ikut kajian agama. Setiap ada pemateri dari luar, pasti ia hadir. Salat? Jangan tanya. Tak ada waktu yang ia lewatkan.
Begitu pun kegiatan bermusik. Fasilitas band yang tersedia dalam lapas, sering ia manfaatkan untuk mengisi waktu luangnya.
“Di sini, dengar lagu yang dibawakan saja, tanpa harus ruang band kita pasti tahu siapa yang main. Kalau lagu-lagu jadul, pasti Pak Akil Mochtar itu,” bebernya sambil tertawa lepas.
Satu hal unik dari lulusan Doctor of Philisophy di bidang ilmu politik dari Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat itu, yakni kemampuannya berbahasa Mandarin.
Saat berbincang dengan penulis, tiba-tiba ada seorang pemuda keturunan Tionghoa yang menghampiri. Namanya Zulfikar.
Pria asal Medan itu sedang menjenguk salah satu koleganya. Meski mengaku baru ketemu, ia berusaha untuk akrab. Kebetulan pula, ia sedang memperkenalkan bisnis investasi dinarnya.
Saat itulah interaksi keduanya dilakukan dalam bahasa Mandarin. Andi Mallarangeng banyak bertanya. Zulfikar pun kadang keok menjawabnya.
“Dia jago banget. Saya kalah,” beberapa kali Zulfikar mengucapkan kalimat itu.
Ya, selama setahun terakhir, mantan juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini memang aktif kursus bahasa Mandarin. Ia datangkan guru khusus dari luar.
“Guru Mandarin saya namanya Sally. Sarjana dari Universitas Maranatha Bandung,” sebutnya.
Dalam sepekan, kursus dua kali. Tentu saja berbayar. Sekarang, kemampuan Mandarinnya sudah diakui oleh gurunya.
Tak hanya bahasa Mandarin. Bahasa Inggris pun terus ia dalami. Selama berada di Sukamiskin, Andi Mallarangeng mempelopori terbentuknya klub bahasa Ingris.
Namanya, Suka English Club. Warga binaan bebas bergabung. Asal suka, silakan ikutan. Sesekali guru dari luar didatangkan. Biaya tentu dari para anggota klub.
“Jadi ada waktu-waktu tertentu kita ngumpul. Bicara apa saja. Tetapi pakai bahasa Inggris. Ini untuk melatih dan mengasah kemampuan bahasa saja,” ungkapnya.
Selama di lapas, Andi Mallarangeng juga terus melakukan rutinitasnya. Baca buku. Tak ketinggalan baca koran setiap hari. Dengan begitu, ia merasa tetap tahu perkembangan dunia luar.
Sebelum bebas, dia juga punya satu obsesi. Ingin buku yang saat ini ditulisnya bisa launching. Buku tersebut berbicara soal permainan gaple.
“Sekarang sedang proses. Semoga bisa rampung sebelum keluar (bebas, red),” kata dia.
Ia tertarik menulis soal gaple. Alasannya, selama ini belum ada buku khusus soal itu. Jika permainan catur sudah ada konsep dan pola permainannya, maka gaple berbeda. Banyak permainan yang bisa dilakukan dengan kartu domino tersebut.
“Jadi saya menulis soal sejarah gaple itu. Cara bermain, trik, dan taktik bermain,” ungkapnya.
Ia tak lupa membeberkan karakter tahanan di Sukamiskin. Menurutnya, banyak hal positif yang bisa dilakukan di dalam lapas. Tetapi ada juga warga binaan yang selalu mengurung diri di kamar saja.
“Kalau seperti saya, Pak Wali, dan beberapa lainnya senang di luar. Saung, masjid , dan tempat lainnya,” ujarnya.
“Ada juga yang mengurung diri saja. Nah, kalau yang seperti itu kadang dia menangis, lalu teriak-teriak. Yang paling parah kalau ke masjid. Kita kan hadap kiblat ke Barat. Nah, ada yang menghadap Timur. Ini sudah parah sekali berarti,” lanjutnya.
Lama berbincang soal kehidupan di lapas, penulis diajak mengunjungi kamar bekas sel Presiden RI pertama, Soekarno.
Kebetulan, sore itu ada beberapa anggota Komisi D DPRD Sulsel yang juga menjenguk. Sekalian sama-sama ke sana. Ilham sebelumnya minta izin ke petugas lapas. Memang tak bisa sembarangan sel tersebut dikunjungi.
Kami ditemani seorang petugas lapas bernama Didin K. Letak lapas tersebut berada di Blok Timur. Posisinya tepat di atas tangga sebelah kiri, lantai dua. Nomornya TA 01.
Nah, kamar yang tak lagi dihuni tersebut berada persis di depan kamar Andi Mallarangeng. Tetapi kami tak mengunjungi kamarnya. Hanya di kamar Soekarno saja.
Di pintu kamar terdapat tulisan “Bekas Kamar Bung Karno”. Pada dinding luar, tertempel poster berisi keterangan singkat yang menyebutkan bahwa di dalam sel tersebut Bung Karno menulis buku terkenal berjudul “Indonesia Menggugat”.
Dari kamar Soekarno, kami balik ke saung dengan melalui kebun belakang lapas. Di sana ada beragam tanaman. Kebayakan tomat dan sayur-sayuran.
“Selain kebun tanaman, di sini juga kebun binatang,” ujar Ilham memperlihatkan kami kandang berisi ayam dan beragam jenis burung.
Lepas dari kawasan kebun, kami melintasi ruang-ruang keahlian. Kami sempat diajak singgah untuk menikmati susu permentasi jenis buah. Ada rasa kedelai, stroberi, dan lainnya. Kami ditraktir Selle KS Dalle, anggota DPRD Sulsel.
“Ini semua buatan kami di sini. Masih banyak yang lain, seperti roti,” tandas Andi Mallarangeng. (*)
Redaktur & Reporter : Soetomo