Tentang Jokowi, Hari Santri, dan Bung Karno

Jumat, 22 Oktober 2021 – 22:59 WIB
Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah saat peringatan hari santri. foto: dok PDIP

jpnn.com, JAKARTA - DPP PDI Perjuangan (PDIP) ikut menyambut memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2021. Dialog hybrid pun digelar langsung dari studio DPP PDI Perjuangan di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah mengatakan hadirnya Hari Santri di era kepemimpinan Presiden Jokowi memiliki makna tersendiri bagi PDIP.

BACA JUGA: Ganjar Pranowo Seruput Kopi Rempah & Telusuri Jejak Bung Karno di Ternate

“Pak Jokowi menunaikan harapan para pendiri bangsa agar antara nasionalisme dan Islam, antara golongan nasionalis dan Islam itu bersatu padu untuk menjaga mempertahankan republik Indonesia yang kita cintai ini,” kata Basarah dalam peringatan Hari Santri PDIP yang disiarkan melalui YouTube PDIP pada Jumat (22/10).

Basarah menjelaskan sejarah hari santri berawal dari kampanye Pilpres 2014. Saat itu, telatnya di 27 Juni 2014, dia mengajak Jokowi ke Pesantren Babussalam Malang, Jawa Timur.

BACA JUGA: Hengky Kurniawan Berpesan ke Santri: Jangan Lengah!

Di situ, Jokowi bertemu dengan KH Thoriq bin Ziyad, Jokowi lalu ditawarkan kontrak politik yang memang sebelumnya telah dibicarakan PDIP dan Jokowi, kontrak politik itu adalah membuat peringatan Hari Santri Nasional.

“Pak Jokowi memenuhi permintaan KH Thoriq Bin Ziyad dan para alim ulama yang hadir di pesantren Babussalam itu, di akhir pidato kampanyenya 27 Juni 2014 itu Pak Jokowi menyatakan insyaallah kalau saya terpilih saya akan menetapkan Hari Santri Nasional lalu kemudian beliau menandatangani kontrak politik itu dan alhamdulillah ketika beliau terpilih di 2015 tepatnya di 22 Oktober 2015 beliau kemudian secara resmi mengumumkan mengeluarkan Keppres No 22 Tahun 2015 yang menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional,” beber Wakil Ketua MPR ini.

BACA JUGA: Menengok Semaraknya Hari Santri dari Balik Jeruji

Sementara itu, Sekretaris Bamusi PDIP Nasyirul Falah (Gus Falah) menuturkan kedekatan PDIP dan kaum santri sangat dekat.

Buktinya, sejumlah kader PDIP yang duduk di jabatan strategis berlatar balakang santri.

Semasa hidup, Bung Karno, juga kerap bahu membahu dengan kaum santri untuk memerdekakan Indonesia.

“Jadi kalau kita bicara PDI Perjuangan dengan kaum santri sesungguhnya amat dekat sekali karena dalam kehidupan sehari-sehari masyarakat orang dari PDI Perjuangan ya pasti juga dengan kaum santri yang mana ketika kita melihat seberapa dekat, amat sangat dekat. Pada saat era Hadratussyaikh Hasyim Asyari, Bung Karno kemudian sampai saat sekarang, tidak ada sebuah perbedaan yang sangat jauh,” urai Gus Falah.

Narasumber lainnya, Zuhairi Misrawi (Gus Mis) cendekiawan muslim PDIP merefleksikan pandangannya betapa santri adalah elemen penting untuk menjaga kepribadian bangsa.

Sebab, tak hanya ilmu akhirat, santri juga mumpuni di bidang ilmu pengetahuan dunia yaitu sains dan teknologi. Hal ini komposisi lengkap untuk menjemput kebahagiaan.

“Kebahagiaan di dunia harus dengan sains dan teknologi harus dengan ilmu pengetahuan, kalau bahagia di akhirat harus menguasai ilmu akherat. Kalau ingin bahagia dunia dan akhretat harus dengan ilmu pengetahuan,” ujar Gus Mis.

Hadir pula dalam dialog itu Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama sekaligus Anggota DPR RI Fraksi PDIP Nabil Haroen (Gus Nabil), dia memiliki pesan khusus sebagai alumni pesantren di Hari Santri 2021.

“Apa pesan saya di hari santri ini, saya sebagai alumni pesantren, saya melihat dan merasakan bagaimana kemandirian dibangun di pesantren. Banyak sekali santri luar biasa yang hari ini mengisi peran luar biasa di negeri ini. Jangan patah semangat, Indonesia ada selama santri ada,” ungkap Gus Nabil.

Pesan Hari Santri Nasional juga disampaikan tokoh muda Muhammadiyah Ulfah Mawardi.

Dia menaruh harapan santri di seluruh Indonesia memaknai peringatan Hari Santri untuk kemajuan Indonesia ke depan.

“Selamat untuk santri seluruh Indonesia, semogat tdak hanya seremonial tetapi memaknai pada prinsip-prinsip pendidikan yang merdeka belajar yang membebaskan yang berbhineka tunggal ika dan pancasilais,” pungkas Ulfah. (flo/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler