KAIRO - Kekhawatiran proses pergantian kekuasaan di Mesir menelan korban mulai terjadi. Aparat keamanan Mesir mengeluarkan tembakan ke arah pendukung Presiden terguling Mohamed Mursi sehingga menewaskan tiga orang.
Peristiwa itu terjadi dalam unjuk rasa setelah salat Jumat kemarin sore (5/7) yang diserukan Ikhwanul Muslimin, gerakan pendukung loyal Muhammed Mursi. Ikhwanul Muslimin menyerukan protes damai guna menentang pelengseran Mursi yang disebut mereka sebagai kudeta militer.
Wartawan BBC di Kairo Jeremy Bowen melaporkan, dirinya melihat, saat pengunjuk rasa semakin banyak, tentara mengeluarkan tembakan ke udara untuk memecah konsentrasi massa. Namun, karena gerakan massa semakin tak terbendung, tentara kemudian mengarahkan senjata ke kumpulan pengunjuk rasa. Tidak lama kemudian, lanjut Bowen, seorang pria terjatuh dan pakaiannya terlihat berdarah.
Seusai salat Jumat, para pengunjuk rasa pendukung Mursi mengadakan pawai masal menuju gedung tempat Mursi diyakini ditahan. Ribuan orang berkumpul di sejumlah titik di ibu kota Mesir, termasuk di lingkungan Masjid Rabaa. Tentara yang berjaga-jaga di sekitar kantor pengawal kepresidenan meminta demonstran tidak menyeberang jalan menuju gedung.
Tetapi, karena jumlah pemrotes semakin banyak, mereka menjadi semakin marah dan menerobos pengamanan. Pihak berwenang menurunkan tank dan tentara ke lokasi-lokasi yang diduga rawan kerusuhan. Unjuk rasa besar ini terjadi dua hari setelah dilengserkan militer terkait dengan krisis politik yang tidak berhasil diatasi.
Militer selanjutnya mengangkat Ketua Mahkamah Konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara sampai disusun undang-undang dasar baru dan dilaksanakan pemilihan umum.
Semula militer berjanji mengizinkan demonstrasi damai dan tidak akan menindak kelompok tertentu. Meskipun banyak pucuk pimpinan Ikhwanul Muslimin yang telah ditangkap.
Sementara itu, pemimpin oposisi utama Mohamed El Baradei mengatakan kepada BBC, militer bertindak atas nama rakyat. Pada bagian lain, Presiden dukungan militer Adly Mansour mulai mengeluarkan keputusan untuk mengoreksi kebijakan mantan Presiden Mursi. Kemarin Mansour membubarkan majelis tinggi parlemen yang dikuasai partai-partai Islam dengan mengeluarkan dekrit.
Majelis tinggi biasanya tidak memiliki kewenangan menjalankan fungsi legislasi. Namun, di bawah Morsi, para anggota bisa membuat undang-undang karena majelis rendah dibekukan pengadilan. Majelis tinggi Mesir ini didominasi para pendukung Mursi. (ap/bbc/c9/kim)
Peristiwa itu terjadi dalam unjuk rasa setelah salat Jumat kemarin sore (5/7) yang diserukan Ikhwanul Muslimin, gerakan pendukung loyal Muhammed Mursi. Ikhwanul Muslimin menyerukan protes damai guna menentang pelengseran Mursi yang disebut mereka sebagai kudeta militer.
Wartawan BBC di Kairo Jeremy Bowen melaporkan, dirinya melihat, saat pengunjuk rasa semakin banyak, tentara mengeluarkan tembakan ke udara untuk memecah konsentrasi massa. Namun, karena gerakan massa semakin tak terbendung, tentara kemudian mengarahkan senjata ke kumpulan pengunjuk rasa. Tidak lama kemudian, lanjut Bowen, seorang pria terjatuh dan pakaiannya terlihat berdarah.
Seusai salat Jumat, para pengunjuk rasa pendukung Mursi mengadakan pawai masal menuju gedung tempat Mursi diyakini ditahan. Ribuan orang berkumpul di sejumlah titik di ibu kota Mesir, termasuk di lingkungan Masjid Rabaa. Tentara yang berjaga-jaga di sekitar kantor pengawal kepresidenan meminta demonstran tidak menyeberang jalan menuju gedung.
Tetapi, karena jumlah pemrotes semakin banyak, mereka menjadi semakin marah dan menerobos pengamanan. Pihak berwenang menurunkan tank dan tentara ke lokasi-lokasi yang diduga rawan kerusuhan. Unjuk rasa besar ini terjadi dua hari setelah dilengserkan militer terkait dengan krisis politik yang tidak berhasil diatasi.
Militer selanjutnya mengangkat Ketua Mahkamah Konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara sampai disusun undang-undang dasar baru dan dilaksanakan pemilihan umum.
Semula militer berjanji mengizinkan demonstrasi damai dan tidak akan menindak kelompok tertentu. Meskipun banyak pucuk pimpinan Ikhwanul Muslimin yang telah ditangkap.
Sementara itu, pemimpin oposisi utama Mohamed El Baradei mengatakan kepada BBC, militer bertindak atas nama rakyat. Pada bagian lain, Presiden dukungan militer Adly Mansour mulai mengeluarkan keputusan untuk mengoreksi kebijakan mantan Presiden Mursi. Kemarin Mansour membubarkan majelis tinggi parlemen yang dikuasai partai-partai Islam dengan mengeluarkan dekrit.
Majelis tinggi biasanya tidak memiliki kewenangan menjalankan fungsi legislasi. Namun, di bawah Morsi, para anggota bisa membuat undang-undang karena majelis rendah dibekukan pengadilan. Majelis tinggi Mesir ini didominasi para pendukung Mursi. (ap/bbc/c9/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bayi Kerajaan Inggris Dihadiahi Kondom
Redaktur : Tim Redaksi