Seorang pria Australia yang terancam hukuman mati di Lebanon atas dugaan rencana untuk meledakkan sebuah pesawat penumpang telah meminta pengadilan militer untuk membebaskannya. Ia mengaku para penyelidik telah memaksanya untuk menandatangani pengakuan palsu.
Amer Khayat diinterogasi atas sebuah pernyataan dengan tanda tangan dirinya yang mengatakan dia tahu dia membawa bahan peledak yang disembunyikan di dalam boneka Barbie yang akan diledakkan 20 menit menjelang penerbangan Etihad pada Juli 2017.
BACA JUGA: Kehidupan Dua Keluarga Multi Budaya Indonesia di Australia
"Itu penipuan," katanya kepada pengadilan.
"Mereka memberi tahu saya, 'Ceritakan kisahmu kepada kami. Itu tidak benar."
BACA JUGA: Pelaku Penipuan Makan Di Restoran Tanpa Membayar Dibui Dua Tahun
Khayat memohon kepada majelis hakim pengadilan militer Lebanon untuk mengabulkan permohonannya.
Khayat telah ditahan sejak Agustus 2017 sementara otoritas di Lebanon melakukan penyelidikan atas dirinya.
BACA JUGA: Tiba Di Melbourne, Hakeem Al Araibi Disambut Puluhan Pendukung
"Apakah anda ingin saya bunuh diri di penjara?" dia berteriak di ruang sidang.
"Saya punya dua anak perempuan. Saya belum melihat mereka selama dua tahun. Saya menjadi gila."
Kepolisian Federal Australia (AFP) menuduh dua bom tersebut disembunyikan di bagasi Khayat oleh saudara-saudaranya sesaat sebelum ia naik ke penerbangan Etihad dari Sydney ke Abu Dhabi pada Juli 2017.
AFP mengatakan, Khayat tidak tahu apa-apa tentang bom tersebut, yang diduga disembunyikan di dalam alat penggiling daging dan boneka Barbie, dan dipindahkan dari kopernya pada menit-menit terakhir oleh saudara-saudaranya lantaran tasnya melebihi jatah bagasi Etihad.
Saudara-saudaranya, Khaled dan Mahmoud Khayat, juga warga negara Australia. Mereka mengaku tidak bersalah di Mahkamah Agung NSW atas tuduhan merencanakan serangan teroris.AFP tidak dapat memberikan bantuan Photo: Khaled Khayat (kiri) dan Mahmoud Khayat ditangkap polisi dalam operasi kontra terorisme di Sydney pada Juli 2017. (Supplied)
Di pengadilan Beirut, Amer Khayat mempertanyakan penahanannya yang berkelanjutan.
"Jika polisi [di Australia] mengatakan saya tidak ada hubungannya dengan [bom] ini, bagaimana Anda bisa mengatakan di sini bahwa saya ada hubungannya dengan kasus ini?" dia berkata.
Kepala pengadilan, Brigadir Jenderal Hussein Abdallah, mengatakan Lebanon telah berulang kali meminta informasi kepada Australia tentang kasus tersebut.
"Kami tidak mendapat informasi apa pun dari pihak berwenang Australia, mereka tidak mau bekerja sama," katanya.
Pengacara Amer Khayat, Joceline Adib Al-Rahi, mengatakan kepada pengadilan: "Australia tidak akan memberikan informasi apapun karena Beirut memilik aturan hukuman mati. Anda tahu ini."
AFP dicegah memberikan bantuan dalam kasus-kasus hukum internasional yang dapat mengakibatkan hukuman mati.
Jenderal Abdallah menanyai Amer Khayat tentang dugaan penerimaan yang dilakukan oleh saudara laki-laki lain, pejuang Negara Islam (IS) Tarek Khayat - yang ditangkap di Suriah pada Desember 2018 dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Irak karena perannya dengan kelompok ekstremis.
Jenderal Abdallah mengatakan Tarek Khayat mengatakan kepada para interogator bahwa rencana pemboman itu berasal dari ISIS di Suriah. Photo: khayat bersaudara semasa kanak-kanak: kiri ke kanan Fadi, Amer, Tarek, Iman dan Waled. (Supplied)
Tarek Khayat mengaku telah menghubungi pakar bahan peledak ISIS dengan saudaranya, Khaled, di Sydney. Tarek mengatakan bahan peledak itu dikirim ke Khaled, yang memutuskan mereka harus disembunyikan di alat penggiling daging agar bisa diselundupkan ke pesawat, kata Jenderal Abdallah.
Jenderal Abdallah bertanya kepada Amer Khayat tentang hari mereka melakukan penerbangan Etihad, ketika Amer diduga membawa bom itu ke konter check-in Etihad di bandara Sydney.
"Apa yang terjadi dengan agen check-in ?," kata Jenderal Abdallah.
"Dia bilang beratnya terlalu banyak ... saya tidak tahu apa yang dilakukan Khaled. Dia pergi dan mengambil barang-barang," jawab Amer.
Dia mengatakan adalah saudaranya yang mengeluarkan barang-barang dari tas, bukan dia.
"Dia membawa tas saya. Dia membawa troli, saya tidak," kata Amer.
"Apakah anda melihat alat penggiling daging?" Jenderal Abdallah bertanya.
"Ya. Itu hanya alat penggiling daging," kata Amer Khayat.
"Apakah kamu bertanya kepada kakakmu mengapa dia mengirim penggiling daging di kopermu?" Jenderal Abdallah bertanya.
"Dia bilang itu hadiah," kata Amer.
Sidang Amer Khayat di Lebanon akan dilanjutkan pada 13 Maret.
Simak beritanya dalam bahasa Inggris disini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penurunan Populasi Serangga Dianggap Mengkhawatirkan