jpnn.com - Imunoterapi atau terapi imunitas kerap digunakan untuk membantu pasien kanker. Tindakan yang mudah membuat banyak pasien memilih terapi ini. Berikut laporan wartawan Jawa Pos Siti Aisyah yang berkunjung ke Guangzhou, Tiongkok, beberapa waktu lalu.
Sejatinya, semua orang memiliki sel kanker. Namun, pada orang yang sehat dengan sistem imunitas baik, sel kanker tidak bisa berkembang. Sel baik pada tubuh berkembang menjadi kanker ketika kondisi imunitas tubuh terus memburuk. Sel kanker yang berkembang akhirnya menggerogoti tubuh. Hal itulah yang dijelaskan dr Chen Jibing PhD.
BACA JUGA: Cerita Seputar Hello Kitty
Fungsi dan jumlah limfosit atau sel darah putih pada pasien kanker akan mengalami penurunan. Padahal, pasukan tempur di limfosit inilah yang bertugas membunuh sel-sel kanker. Jika dibiarkan terus-menerus, kanker akan terus menyebar luas dan menggerogoti tubuh penderita. Terapi peningkatan sistem kekebalan tubuh melalui imunoterapi sejatinya sangat dibutuhkan pasien kanker.
’’Kombinasi dari pengobatan lokal dan sistemik akan membantu mempercepat tingkat kesembuhan pasien,’’ jelas pria yang menjabat Direktur Pusat Bioterapi Fuda Cancer Hospital, Guangzhou, Tiongkok, tersebut. Yang dimaksud pengobatan lokal di antaranya, operasi pengangkatan tumor dan cryosurgery. Sedangkan pengobatan sistemik bisa berupa terapi imunitas.
BACA JUGA: Ini Manfaat Madu bagi Kesehatan
Kanker sendiri, menurut dia, tergolong penyakit sistemik. Sel kanker berada di seluruh jaringan tubuh. Berada di darah, tulang, dan bagian tubuh yang lain. Sel induk kanker yang utama hanyalah sebagian dari sel kanker. Terapi-terapi yang diberikan pada pasien kanker setelah operasi bertujuan mencegah agar sel-sel kanker di tempat lain ini tidak berkembang biak.
Chen menegaskan, pasien yang telah menjalani kemoterapi untuk mematikan sel kanker kerap mengalami disfungsi imunitas. Dalam kondisi ini, kekebalan tubuhnya menurun drastis. Kondisi pasien yang drop tidak hanya membuat si pasien tidak nyaman dan tertekan, tapi juga menghambat proses penyembuhan itu sendiri. Di sinilah, imunoterapi dibutuhkan.
BACA JUGA: Punya Keturunan Diabetes, Pilih Kopi Nonkafein
Penelitian di Fuda Cancer Hospital menunjukkan, pasien yang menjalani imunoterapi sebagai bagian dari pengobatan bisa bertahan hidup lebih lama. Ini terutama dikhususkan untuk pasien kanker stadium lanjut dan bermetastase (menyebar). Tingkat kekambuhan pasien yang telah dioperasi plus terapi imunitas berkurang 50 persen.
Separo di antara jumlah pasien kanker stadium lanjut bisa bertahan 10–15 tahun, bahkan lebih. Sebab, sel-sel darah putih yang tangguh mampu membunuh sel-sel kanker baru yang membuka peluang metastase. ’’Apalagi, FDA (BPOM AS) telah mengakui bahwa imunoterapi mampu memperbaiki kondisi pasien kanker,’’ tegasnya.
Meski demikian, imunoterapi baru bisa dilakukan seminggu setelah kemoterapi. Tahapnya, kondisi pasien diperiksa. Setelah itu, dilakukan pengambilan darah sebanyak 100 cc. Darah tersebut dicek dan sel darah putih yang terbaik akan diambil. Sel tersebut dibiakkan selama 10 hari dalam media pembiakan yang steril. Kemudian, sel-sel yang sudah dibiakkan itu dimasukkan lewat infus pada tubuh pasien. Proses memasukkan sel darah putih ini memakan waktu sekitar tujuh hari.
’’Penelitian di dalam dan luar negeri menunjukkan, kemoterapi dan imunoterapi saling melengkapi dalam pengobatan pasien kanker,’’ ujarnya. Pengecekan efektivitas terapi ini dilakukan setiap 3–6 bulan. (*/c17/c14/nda)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kopi Nonkafein Bisa Hambat Diabetes Tipe 2
Redaktur : Tim Redaksi