jpnn.com - Dr Andreas FK mengembangkan terapi healing deep relaxation untuk membantu pasien kanker maupun penderita penyakit berbahaya lain meringankan beban yang diderita. Terapi menitikberatkan pada relaksasi, dimana tubuh akan memproduksi hormon endorfin.
Menurut Dr Andreas, hormon endorfin adalah zat kimia yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan memiliki efek mengurangi rasa sakit dan memicu perasaan senang, tenang atau bahagia. Sayangnya, banyak orang tidak memahami hal tersebut.
BACA JUGA: Terapi Sel Punca Bisa Sembuhkan Penyakit Mematikan
"Sebenarnya tiap orang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, ada kekuatan untuk memyembuhkan dari dalam diri sendiri. Namun, potensi tersebut harus digali," ujar Andreas di Jakarta, Senin (24/2).
Lebih lanjut Andreas mengatakan, metode terapi yang dijalankan terbukti mampu menyelesaikan berbagai masalah. Di antaranya seperti dialami Sebastien Francois. Warga negara Perancis Itu sebelumnya mengalami stres berat karena anaknya hilang, sehingga membuatnya tidak bisa tidur berhari-hari dan mengakibatkan emosinya meninggi.
BACA JUGA: 5 Manfaat Terapi Pijat Bagi Kesehatan
Setelah menjalani terapi, Sebastien akhirnya bisa tidur. Hatinya menjadi damai dan pikiran tenang. Beberapa hari kemudian ia pun bisa berjumpa dan berkumpul kembali dengan anak laki-lakinya dalam keadaan sehat.
Andreas FK menambahkan, dalam melakukan relaksasi yang dibutuhkan hanya kemauan dan keyakinan, bahwa apa pun penyakit yang dialami bisa disembuhkan, apa pun masalah yang dihadapi pasti ada jalan keluarnya. Terapi ini, kata Andreas, biasanya diawali dengan mengatur pernapasan.
BACA JUGA: Terapi Stroke dengan Sepatu Petruk
"Saya selalu minta klien menarik nafas pelan-pelan dari hidung, menahan beberapa detik, lalu perlahan mengeluarkan lewat mulut sembari tersenyum. Itu saja, kalau benar dijalankan sudah bisa memberikan ketenangan hati," ujar Andreas FK.
Pengalaman lain datang dari seorang pasien kanker darah yang dirawat Di RS Harapan Kita, Andrenalin. Semangat hidupnya terus meningkat setelah menjalani terapi. Selain itu leokositnya juga naik.
Hal serupa juga dialami Harry (89) yang mengalami sakit di bagian tulang kaki dan tulang belakang yang membuatnya kesulitan berdiri. Setelah diterapi, tulang-tulangnya sudah kuat menopang tubuhnya. Bahkan, ia sudah bisa berolahraga.
Menurut Dr Andreas, terapi relaksasi tidak hanya untuk orang sakit, orang sehat juga banyak yang diterapi. Sebelum diterapi biasanya dilakukan konsultasi terlebih dahulu. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang