jpnn.com - JAKPUS – Masyarakat pengguna busway harus mulai beradaptasi dengan e-ticketing. Sebab, seluruh koridor akan menerapkan sistem baru tersebut mulai 1 November nanti. Kebijakan itu diberlakukan bertahap hingga pemberlakuan total di 12 koridor pada akhir tahun.
Menurut Dirut PT Transportasi Jakarta Antonius Kosasih, masyarakat tidak perlu bingung. Sebab, tersedia loket pembelian uang elektronik di setiap halte.
BACA JUGA: Topeng Monyet Dilarang, Ganti Ondel-Ondel
’’Mau beli maupun top up (mengisi ulang), semua ada di situ,’’ paparnya. Seluruh petugas loket busway telah diinstruksikan tidak menerima uang tunai lagi setelah bulan ini berakhir.
Koridor yang menjadi uji perdana pemberlakuan tersebut adalah koridor delapan (Lebak Bulus–Harmoni) dan sembilan (Pinang Ranti–Pluit).
BACA JUGA: Pembunuh Balita di Bintara Diduga Masih Berkeliaran di Jakarta
Secara bertahap, kebijakan itu meluas ke seluruh koridor. Menurut rencana, mulai hari ini, perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki Pemprov DKI tersebut mulai menyosialisasikannya kepada pengguna busway.
Konsekuensinya, enam bank mitra PT Transportasi Jakarta wajib menyediakan kartu elektronik di seluruh halte. Yakni, JakCard milik Bank DKI, e-money milik Bank Mandiri, Flazz milik Bank BCA, Tapcash milik Bank BNI, Brizzi milik Bank BRI, dan MegaCash milik Bank Mega.
BACA JUGA: Jaksa Beri Sinyal Kasasi Atas Putusan Banding Hendra
Pengguna busway yang telah mengantongi enam kartu itu tidak perlu lagi membeli karu perdana. Untuk memenuhi kebutuhan pengguna, setiap bank wajib mencetak 20 ribu kartu setiap hari. Seluruh kartu tersebut disebar ke seluruh koridor yang mewajibkan penggunaan e-money.
Kewajiban membeli hanya dikenai bagi pengguna yang belum mengantongi kartu itu. Setiap kartu elektronik dibanderol Rp 20 ribu. Untuk memudahkan pembeli, e-money bisa diisi ulang di seluruh halte.
Semua bank sudah sepakat tentang besaran isi ulang minimal Rp 20 ribu. Kebijakan baru tersebut diharapkan menjadi solusi mengurai antrean panjang di loket pembelian tiket.
Meski modernisasi pengelolaan tiket terus diperbaiki, wacana satu tiket untuk semua moda belum dapat direalisasi. Padahal, hal itu akan sangat menguntungkan masyarakat.
Sebab, cukup mengantongi satu kartu, warga Jakarta bebas memanfaatkan seluruh transportasi dalam kota seperti busway dan kereta api. Karena itu, setiap moda transportasi punya kebijakan harga sendiri.
Bahkan, Humas PT Kereta Comuterline Jakarta (KCJ) Eva Khairunnisa menolak penggunaan wacana satu tiket untuk semua moda. Menurut dia, kebijakan itu menyulitkan, terutama pada kesepakatan pembagian hasil penjualan tiket.
’’Mending sendiri-sendiri karena ribet di bagian keuangannya kalau satu tarif,’’ ujarnya terpisah. (bad/ano/c14/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkas JIS Bolak-Balik, Ini Alasan Kajati DKI
Redaktur : Tim Redaksi