Terbukti, Program Kementan Mampu Muliakan Petani

Senin, 05 November 2018 – 13:03 WIB
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan I Ketut Kariyasa. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusat Data dan Sitem Informasi Kementerian Pertanian (Pusdatin Kementan) I Ketut Kariyasa menyatakan, kebijakan dan program pembangunan pertanian di era Presiden Joko Widodo telah terbukti meningkatkan kesejahteraan petani. Menurutnya, hal itu sejalan dengan visi yang diusung oleh pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla (Jokowi - JK) bahwa tujuan akhir pembangunan pertanian harus mampu menyejahterakan dan memuliakan petani. 

“Kementerian Pertanian di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman mengembangkan pertanian modern untuk meningkatkan produksi secara berkelanjutan dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani,” ujar Ketut di  sela-sela Rapat Koordinasi Perberasan Nasional di Kementan, Jakarta Selatan, Senin (5/11).

BACA JUGA: Kementan Dukung Budidaya Organik di Ranah Minang

Ketut menjelaskan, untuk mendukung  program itu maka Kementan sejak 2015 telah memberikan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dalam jumlah yang besar sepanjang sejarah Indonesia.  Pada 2016, bantuan alsintan mencapau 110.487 unit.

Jumlah itu meningkat menjadi 326.266 unit pada 2017. Menurut Ketut, pemerintah terus memberikan bantuan alsintan pada tahun ini dan 2019.

BACA JUGA: Penjelasan Kementan Tetap Mengimpor Jagung

“Pengembangan pertanian modern melalui penggunaan alsitan dari aspek ekonomi secara signifikan mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan keluarga petani, karena mampu menghemat biaya pengolahan tanah, tanam, penyiangan, dan biaya panen karena sebagian besar tenaga kerja sudah diganti oleh penggunaan alsintan yang jauh lebih efisien,” jelasnya.

Lebih lanjut Ketut mengatakan, pengunaan alsintan juga mampu meningkatkan produktivitas lahan melalui pengurangan kehilangan hasil. Menurutnya, adanya penghematan biaya produksi dan perbaikan produktivitas menyebabkan pendapatan keluarga petani meningkat secara tajam.

BACA JUGA: Mentan dan Petani Panen Raya Padi di Parigi Moutong Sulteng

“Misalnya, penggunaan traktor roda dua dan roda empat mampu menghemat penggunaan tenaga kerja dari 20 orang menjadi tiga orang per hektare. Biaya pengolahan lahan turun sekitar 28 persen,” beber Ketut.

Selain itu, Ketut menyebutkan penggunaan rice transplanter mampu menghemat tenaga tanam dari 19 orang per hektare menjadi tujuh orang per hektare. Dengan demikian biaya tanam turun hingga 35 persen serta mempercepat waktu tanam menjadi 6 jam per hektare.

Contoh lain adalah penggunaan combined harvester yang mampu menghemat tenaga kerja dari 40 orang per hektare menjadi 7,5 orang per hektare. Peralatan itu juga memangkas biaya panen hingga 30 oersen, menekan kehilangan hasil dari 10,2 persen menjadi 2 persen, serta  menghemat waktu panen menjadi 4-6 jam per hektare.

“Dari sisi ekonomi, mampu memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga petani mencapai 80 persen, dari Rp 10,2 juta per hektar per musim menjadi Rp 18,6 juta per hektar per musim,” sebut dia.

Ketut menegaskan, pengembangan pertanian modern selain menambah manfaat ekonomi juga mendorong generasi muda tertarik menjadi petani. Selain itu, hal tersebut juga membuat petani merasa bangga.

“Petani modern adalah petani yang profesional, yang menggunakan alsintan dan inovasi teknologi pertanian terkini secara masif, tidak lagi mengandalkan otot dan meletihkan,” terangnya.

Karena itu, pendapatan pertani modern tentu tidak kalah menarik dan bahkan lebih besar dari upah atau gaji  dari seseorang yang bekerja pada sektor nonpertanian. Terlebih, petani tidak terlalu sering lagi bersentuhan langsung dengan lumpur dan terpaan sinar matahari.

“Pada kondisi seperti ini, tanpa perlu dipaksa, petani  dengan sendirinya akan terus bersemangat untuk berproduksi,” pungkas Ketut.(eno/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan Apresiasi Surplus Produksi Padi di Parigi Moutong


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler