Terbukti Sogok Dewan, Wako Semarang Kena 18 Bulan

Senin, 13 Agustus 2012 – 19:55 WIB
Walikota non aktif Semarang Soemarmo menghadapi sidang dengan agenda putusan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (13/8). Dalam sidang hari ini, Soemarmo dihukum penjara 1,5 tahun dan denda Rp 50 juta subsider dua bulan penjara. Ia dinyatakan terbukti memberi sesuatu kepada sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Semarang terkait pembahasan rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara Anggaran Pendapatan Belanja Daerah tahun 2012. Foto : Arundono/JPNN
JAKARTA - Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta menjatuhkan vonis bersalah kepada Wali Kota Semarang nonaktif Soemarmop HS karena menyogok DPRD Semarang demi meloloskan RAPBD. Soemarmo diganjar dengan hukuman penjara selama 18 bulan dan denda Rp 50 juta subsidair dua bulan kurungan.

"Terdakwa Sumarmo Hadi Saputro telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama," kata Ketua Majelis Hakim, Marsudin Nainggolan saat membacakan amar putusannya di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (13/8).

Menurut majelis, Soemarmo terbukti melanggar Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Juncto Pasal 55 KUHP, sebagaimana dakwaan jaksa penuntut umum (JPU) KPK. Selaku Wali Kota, Soemarmo bersama-sama Sekda Kota Semarang, Akhmat Zainuri memberi uang sebesar Rp304 juta yang merupakan bagian dari komitmen Rp 4 miliar kepada 38 anggota DPRD Kota Semarang,

Pemberian itu dimaksudkan untuk memuluskan pembahasan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) tahun anggaran tahun 2011-2012. "Dengan demikian unsur memberi sesuatu kepada penyelenggara negara telah terpenuhi," kata hakim Marsudin Nainggolan.

Hal yang memberatkan hukuman, karena Soemarmo selaku Wali Kota tidak mendukung program pemerintah yang sedang giat-giatnya dalam pemberantasan korupsi. "Perbuatan terdakwa juga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat Semarang terhadap program pemerintah dalam pemberantasan korupsi," terang majelis.

Sedangkan hal yang meringankan, karena terdakwa berlaku sopan selama persidangan, belum pernah dihukum dan menjadi  tulang punggung keluarga. Masa bhakti Soemarmo sebagai PNS juga menjadi hal yang meringankan karena pernah mendapat banyak perhargaan dari pemerintah.

Pembacaan putusan terhadap Soemarmo diiringi isak tangis dari istri dan anak-anaknya serta kerabat dekatnya yang hadir di persidangan. Namun Soemarmo tetap terlihat kuat dan masih bisa tersenyum.

Menanggapi putusan tersebut, Soemarmo akan memanfaatkan masa tujuh hari yang diberikan majelis untuk pikir-pikir.  "Saya masih fikir-fikir yang mulia," kata Soemarmo.JPU KPK  juga menyatakan hal serupa. (Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BBM dan Listrik Dijamin Aman

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler