Tercatat Sejarah, Dana Abadi Rp 5 Triiun untuk Kebudayaan

Jumat, 14 Desember 2018 – 10:17 WIB
Sekjen Kemendikbud Didik Suhardi bersama peserta rapat plenoKomisi Nasional Indonesia untuk UNESCO. Foto: Mesya/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Selama 68 tahun menjadi anggota UNESCO, Indonesia telah menerima banyak manfaat sejalan dengan kepentingan nasional.

Salah satunya adalah penurunan penyandang buta aksara secara drastis dibanding saat sebelum menjadi anggota UNESCO.

BACA JUGA: Pemerintah Ubah Tata Kelola Dana Abadi Pendidikan LPDP

Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Didik Suhardi mengatakan, pada 1945, 97 persen dari total penduduk Indonesia saat itu mengalami buta aksara.

Selang tiga tahun resmi menjadi anggota UNESCO di 1953, buta aksara berkurang menjadi 65,9 persen. Hingga 2018, jumlahnya ditekan hingga 2,07 persen.

BACA JUGA: Kucurkan Rp 10 T untuk Dana Abadi Pendidikan

"Keanggotaan Indonesia di UNESCO tidak hanya bermanfaat di sektor pendidikan tapi juga sains, kebudayaan, komunikasi, dan informasi," kata Didi dalam rapat pleno akhir tahun 2018 Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO di Kantor Kemendikbud, Kamis (13/12).

Di sektor kebudayaan, lanjutnya, Indonesia telah mendapatkan pengakuan internasional berupa 4 World Cultural Heritage, 9 Intangible Cultural Heritage, dan 2 UNESCO Creative Cities Network.

Dia menyebutkan dalam Kongres Kebudayaan Indonesia ke-100, sudah dihasilkan 7 strategi kebudayaan yang telah dijabarkan 40 budayawan dan diserahkan kepada Presiden Jokowi. Presiden bahkan menjanjikan dana abadi Rp 5 triliun khusus kebudayaan.

"Ini tonggak sejarah yang luar biasa. Tahun 2019 kami mengalokasikan anggaran pemeliharaan museum, pelestarian kesenian tradisional lewat dana alokasi khusus," ucapnya.

Dia berharap, pelestarian museum-museum semakin lebih baik. Museum bisa menjadi salah satu sumber belajar dan semakin banyak anak didik memanfaatkannya.

Demikian juga kesenian tradisional. Siswa bisa melestarikan kesenian tradisional di tengah arus teknologi yang luar biasa. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler