Tercekik, Malaysia Rayu Tiongkok Batalkan Perjanjian Utang

Selasa, 21 Agustus 2018 – 20:35 WIB
Mahathir Mohamad. Foto: Reuters

jpnn.com, BEIJING - Kunjungan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di Beijing memasuki momen penentuan. Kemarin, Senin (20/8), pemimpin 93 tahun itu duduk bersama dengan petinggi Tiongkok. Tujuannya, menentukan nasib megaproyek East Coast Rail Link (ECRL).

Mahathir bertemu dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang di Balai Agung Rakyat, Beijing, dengan menggandeng barisan menteri. Di antaranya, Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Saifuddin Abdullah, Menteri Industri Primer Teresa Kok Suh Sim, Menteri Perdagangan dan Industri Luar Negeri Ignatius Darell Leiking, serta Menteri Agrikultur Datuk Salahuddin Ayub. Dalam kesempatan tersebut, mereka menandatangani beberapa nota kesepahaman. Misalnya, kesepakatan mengenai pertukaran mata uang dua negara.

BACA JUGA: Sepeda Listrik Buatan Tiongkok Dijual Rp 51 Juta

Namun, bukan MoU tersebut yang ditunggu publik Malaysia. Pandangan mereka, termasuk Mahathir, tertuju pada satu isu. Yakni, kelanjutan nasib proyek sistem rel kereta api di pesisir timur Malaysia.

Sebelum bertolak ke Beijing, Mahathir berkali-kali menyebutkan masalah tersebut. Dia bertahan pada pendapatnya sejak berstatus oposisi pemerintah pada era Najib Razak. Menurut dia, kontrak tersebut tidak adil dan memberatkan keuangan negara.

BACA JUGA: 5 Tahun Program Jalur Sutra, 8 Negara Masuk Jebakan Tiongkok

”Saya setuju bahwa perdagangan bebas merupakan jalan yang harus dilalui. Tapi, perdagangan bebas juga harus menjadi perdagangan yang adil,” tegasnya dalam konferensi pers bersama Li seusai penandatanganan MoU sebagaimana dilansir Reuters.

ECRL, proyek sistem kereta api terbesar sepanjang sejarah Malaysia, merupakan kebanggaan Najib. Hanya, visi untuk menghubungkan jalur sepanjang 688 kilometer dari tersangka kasus 1MDB itu terkesan ambisius.

BACA JUGA: Gagal Penuhi Janji 100 Hari, Kubu Mahathir Salahkan Najib

Kebutuhan investasi RM 55 miliar (sekitar Rp 190 triliun) membengkak menjadi RM 81 miliar (Rp 288 triliun). Sebanyak 85 persen dari total investasi itu dibiayai bank ekspor-impor Tiongkok.

Yang perlu diperhatikan, bahasa yang dikeluarkan Mahathir dalam pertemuan saat itu cukup halus. Dia tak lagi gamblang seperti wawancaranya kepada media di Malaysia.

Dia hanya meminta pemerintah Tiongkok bisa memperhatikan kondisi fiskal Malaysia. Apalagi, saat ini Malaysia sedang dirundung masalah utang karena penyelewengan dana dari Low Taek Jho dan kawan-kawan.

”Saya percaya Tiongkok akan bersimpati terhadap permasalahan yang harus kami selesaikan. Dan mungkin, mereka bisa ikut membantu masalah keuangan kami,” ungkap pimpinan Pakatan Harapan itu.

Sehari sebelumnya, dia bahkan menegaskan kepada para taipan Tiongkok bahwa dia tak menolak bisnis dengan negara komunis tersebut. Dia mengatakan bahwa investasi itu merupakan kesalahan pemerintah Malaysia sendiri.

”Kami tidak menolak perusahaan Tiongkok. Tapi, kami menolak meminjam dana luar untuk proyek yang tidak diperlukan dan sangat mahal,” tegasnya seperti lansiran South China Morning Post.

Mahathir hanya berpesan agar Tiongkok bisa bertindak adil dalam investasi agresif tersebut. Menurut dia, perdagangan yang bebas tanpa norma apa pun bisa menimbulkan bentuk kolonialisme. Sebab, jelas negara miskin tak bisa bersaing dengan negara kaya.

Perkataan itu ditanggapi ramah oleh Li. Pakar ekonomi tersebut mengungkapkan bahwa Tiongkok siap untuk mempererat hubungan kedua negara. Meski, dia tak menjelaskan apakah siap untuk memperingan perjanjian kontrak ECRL.

”Kami tidak akan mengubah hubungan pertemanan dengan Malaysia hanya karena perubahan domestik,” jelasnya kepada Bloomberg.

Salah satu yang ditekankan adalah impor minyak sawit dari Malaysia. Dia siap untuk meningkatkan jumlah impor komoditas tersebut, bersama produk agrikultur lainnya, untuk menyeimbangkan neraca perdagangan Malaysia-Tiongkok.

Tentu hal tersebut menjadi kabar gembira karena Tiongkok sebenarnya tujuan ekspor terbesar ketiga setelah India dan Uni Eropa.

”Saya tahu bahwa kami akan menunjukkan langkah selanjutnya dalam kerja sama Tiongkok-Malaysia kepada dunia,” ungkapnya. (bil/c10/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tit-for-Tat Setelah Telat 30 Menit


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler