Kelimanya melapor ke Mapolres Sukabumi Kota. Kenapa bisa diperdagangkan? Kepada Radar Sukabumi (JPNN Grup), salah seorang korban Ci (15) mengaku dijanjikan bekerja dengan gaji menggiurkan. "Saya kenal dengan Ibu Si (inisial). Dia menawarkan saya kerja di Kalimantan sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji Rp3 juta per bulan. Siapa yang tak ingin gaji sebesar itu," jelasnya.
Iapun bersiap-siap untuk berangkat di Kalimantan. Waktu itu, Ci berangkat bersama Mut dan Des. "Saya diinapkan di Rancamaya Bogor. Keesokan harinya baru ke Jakarta. Dari bandara Jakarta ternyata kami tidak ke Kalimantan. Pesawat yang kami tumpangi ternyata ke Sorong Papua," ungkap Ci yang berambut panjang ini.
Mereka tahu berada di Sorong saat masuk mess atau penampungan. "Ternyata kami bertiga tidak dikerjakan sebagai pembantu rumah tangga. Kami malah dikerjakan di kafe-kafe. Kami juga dipaksa untuk melayani nafsu bejat pria hidung belang," tambahnya.
Nasib serupa juga dialami Wi dan Ir. Usai tergiur tawaran Si, mereka menyusul ketiga temannya yang sudah dulu di Sorong. "Ke sana (Papua) kami naik kapal laut ditemani Ibu Si (saat ini masih DPO)," terang Wi.
Sesampainya di Sorong, Wi dan Ir bertemu Ci, Mut dan Des. "Sembari menangis, ketiga teman saya mengaku tidak bisa pulang ke Sukabumi untuk bertemu keluarga dan dipaksa untuk melayani nafsu seks pria hidung belang," imbuh Wi. Mendengar pernyataan temannya itu, Wi dan Ir yang tadinya juga mau dijadikan korban, menolak kehilangan keperawanannya.
Hampir satu bulan mereka bekerja di kafe remang-remang di Sorong. Salah seorang dari mereka, yakni Des berhasil kabur. "Dari uang tamu yang datang ke saya, saya belikan tiket pulang ke Jakarta," kata Des.
Des sampai juga di Sukabumi. Sesampainya di tanah kelahirannya, Des langsung bercerita ke keluarganya. Cerita inipun sampai ke telinga salah satu orang tua korban, yakni Noneng (38). Noneng adalah ibu kandung Ci. "Mendengar anak saya di Papua, saya langsung meminta tanggung jawab orang yang membawa anak saya. Eh ngga tahunya saya malah diminta duit Rp2 juta untuk kepulangan anak saya," kata dia.
Tidak terima diperas, akhirnya Noneng langsung melapor ke RT setempat. Iapun melapor ke tokoh perempuan Sukabumi, Aita Iboy Bharkawati. Aitalah yang kemudian berhasil memulangkan kelima korban dari Sorong Papua dengan bantuan polisi. Di tempat yang sama Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Kabupaten Sukabumi itu mengaku prihatin atas kasus yang menimpa perempuan muda Sukabumi tersebut.
"Hukum kita harus kuat melindungi perempuan. Dan para orang tua juga diimbau menjaga anaknya baik-baik. Bagi perempuan juga jangan mau diiming-imingi gaji besar untuk bekerja di luar kota padahal keperawanan hendak direnggut,"serunya.
Di tempat yang sama Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Witnu Urip Laksana melalui Kasat Reskrim Polres Sukabumi Kota, AKP Engkus Kuswaha pihaknya masih mencari bukti-bukti untuk memperkuat penyelidikan dan penyidikan. "Akan tetapi melihat kelimanya masih di bawah umur, kepada tersangka akan dikenakan Pasal Perlindungan Anak dan Human trafficking," bebernya. (fkr/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... ABG Digilir Rame-Rame
Redaktur : Tim Redaksi