jpnn.com, KLATEN - Para kepala desa di Jawa Tengah diimbau agar memaksimalkan BLT Dana Desa (DD), guna membantu warga kurang mampu.
Hal itu untuk memfasilitasi mereka yang tidak mendapatkan bantuan sosial (bansos) dari Kementerian Sosial, seperti BST (Bantuan Sosial Tunai).
Kepala Dispermasdesdukcapil Jawa Tengah Sugeng Riyanto menyebut penggunaan dana desa untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) sudah diatur oleh pemerintah.
Mereka yang tak masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) berhak mendapat bantuan yang bersumber dari dana desa.
"Penggunaan BLT DD itu pasti (sudah diatur), diperuntukkan bagi mereka yang belum termasuk DTKS. BLT DD itu penyapu ranjau bagi yang belum dapatkan bantuan. Bertambah setiap bulan tidak apa-apa, yang penting ada musyawarah desa khusus (Musdesus)," ujar Sugeng, usai mendampingi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Rembug Desa dengan Kades-kades di Kabupaten Klaten.
BACA JUGA: Gadis Cantik ini Mengaku Terinspirasi Aksi Pak Ganjar di Instagram
Dia menjelaskan sesuai peraturan dari Kementerian Desa dan Kementerian Keuangan besaran BLT DD disesuaikan dengan Dana Desa yang diperoleh.
Untuk desa yang mendapat DD kurang lebih Rp 800 juta, maksimal 25 persen diperuntukkan BLT DD.
BACA JUGA: Ganjar Ganti Mobil Dinas, Ini Pengakuan Sopir Pribadinya
Desa dengan DD Rp 800 juta - Rp 1,2 miliar, harus mengalokasikan 30 persen, terakhir desa yang mendapatkan DD di atas Rp 1,2 miliar harus alokasikan 30 persen untuk BLT DD.
"Yang tercatat pada kami, tahap pertama itu sudah salur 99,99 persen, kurang satu desa di Pekalongan. Tahap kedua salur 54,25 persen tahap ketiga saat ini salur 1,62 persen itu yang dari BLT DD," jelasnya.
Terkait banyaknya bantuan sosial yang tidak tepat sasaran, Sugeng enggan berkomentar lebih jauh. Ini karena, beberapa komponen bansos berasal dari Kementerian Sosial.
Ditambahkan, untuk penyerapan Dana Desa, hingga akhir Juli 2021 realisasinya mencapai 60 persen. Sementara untuk penanganan Covid-19 dari Dana Desa sudah mencapai 93 persen.
Kades di Klaten Wadul Soal BST, Ganjar Kirim Surat Ke Mensos
Pada acara Rembug Desa di Kabupaten Klaten, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo banyak mendapat keluhan terkait bansos.
Oleh karena, dia berencana melakukan kroscek data pada Menteri Sosial Tri Rismaharini, terkait validasi penerima bantuan.
Keluhan yang disampaikan kepala desa bervariasi. Mulai dari sasaran yang tidak tepat sampai penghapusan data penerima.
Seperti keluhan yang disampaikan Kades Tijayan Joko Laksono. Dia menyebut, di desanya ada seorang warga dipandang berada justru menerima BST.
"Ada verifikasi yang harusnya tidak dapat, tapi masih muncul. Ada yang punya lima mobil malah entuk (dapat)," sebutnya, lewat sambungan daring.
Menanggapi hal itu, Ganjar mengaku telah berkirim surat ke Kemensos.
"Hari ini saya sudah kirimkan surat ke Menteri Sosial mudah-mudahan Bu Risma merespon. Saya mau minta data penerima BST di Jateng siapa saja dari Kemensos. Nah kami akan overlay denfan data yang pernah diverifikasi di April dengan itu kami tahu mana yang bermasalah dan tidak," urai Ganjar.
Pada kesempatan itu, Ganjar mengapresiasi para kades asal Klaten yang telah bergerak cepat menekan persebaran Covid-19.
Di antaranya menyebarkan nomor satgas Covid-19 desa, memfasilitasi fasilitas isolasi terpusat, hingga penyediaan oksigen.
"Saya pastikan kawan kades di Klaten untuk mengelola yang terkena Covid-19 tidak sulit. Dari sisi makana bisa, obat ada, call center dan WA grup ada juga kontrol puskesmas. Cuma saya titip kalau ada yang sakit greges-greges langsung lapor, karena ini penanganan awal supaya tidak berlanjut," pungkas Ganjar. (flo/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Natalia