jpnn.com, FUZHOU - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menerima gelar doktor kehormatan atau honoris causa (DrHC) bidang diplomasi dari Fujian Normal University (FNU) di Fuzhou, Tiongkok, Senin (5/11). Forum prestisius itu menjadi ajang bagi Presiden Kelima RI tersebut untuk menyuarakan pesan tentang membangun kerja sama dan menghindari permusuhan.
Sebagaimana siaran pers DPP PDIP, Megawati dalam kesempatan itu menyampaikan orasi ilmiah berjudul Economic Liberation Diplomacy: An elaboration of Bung Karno - Zhou Enlai Political and Economic Thoughts atau Diplomasi Ekonomi Pembebasan; Sebuah Elaborasi Pemikiran Politik dan Ekonomi Bung Karno - Zhou Enlai. Putri Proklamator RI Bung Karno itu menyampaikan orasi ilmiah dalam Bahasa Inggris.
BACA JUGA: Satu Lagi, Gelar Doktor Honoris Causa untuk Megawati
Di hadapan Presiden FNU Prof Dr Wang Changping beserta para guru besar, Megawati mengawali pidatonya tentang pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang kini nomor dua tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat. Merujuk data Bank Dunia dan IMF pada 2016, dua tahun lagi perekonomian Tiongkok kemungkinan akan melampaui AS.
“Bilamana pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut tetap konsisten, diramalkan bahwa pada tahun 2020 Tiongkok akan mengambil alih posisi Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar di dunia,” ujarnya.
BACA JUGA: Pentolan PDIP: PKS Cuma Gertak Sambal
Selanjutnya, Megawati berbicara tentang upaya Bung Karno mengajak Tiongkok agar lebih terbuka bagi dunia dengan ikut Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955. Kala itu, Tiongkok mengutus Zhou Enlai.
Megawati lantas mengutip pidato Bung Karno di KAA tentang rakyat harus bebas dari penindasan dan eksploitasi, bebas dari kemiskinan dan ketakutan, bebas beraktivitas sosial dan bebas berdemokrasi. Sedangkan Zhou Enlai, kata Megawati, mengusulkan lima prinsip.
BACA JUGA: Gerindra Geser PDIP di Jabar, Jateng Tetap Kandang Banteng
Kelima prinsip itu adalah saling menghormati kedaulatan satu sama lain, tidak saling menyerang, tidak saling mencampuri urusan dalam negeri satu sama lain, kesetaraan dan kerja sama yang saling menguntungkan, serta hidup berdampingan dengan damai. Prinsip Zhou Enlai itu menjadi bagian penting Dasasila Bandung sebagai hasil KAA 1955.
“Bilamana kita mencari persamaan untuk menyingkirkan penderitaan dan bencana akibat kolonialisme, akan sangat mudah bagi kita untuk memahami, menghormati, bersimpati dan mendukung satu sama lain ketimbang bersikap curiga, takut, mengasingkan diri dan bermusuhan satu sama lain,” ujar Megawati.
Lebih lanjut Megawati mengatakan, diplomasi ekonomi tidak dapat dipisahkan dari diplomasi politik. Sebab, diplomasi ekonomi dilaksanakan berdasarkan keputusan politik.
Namun, Megawati tak sependapat jika strategi menyelamatkan bangsa sendiri justru mencederai bangsa lain. “Itu bukanlah cara yang dimandatkan para pendiri bangsa,” tuturnya.
Megawati mengaku sengaja menjelaskan sedikit sejarah KAA pada 1955 yang mampu membawa pengaruh bagi perubahan peradaban dunia saat ini. “Saat ini, setelah 63 tahun, prinsip-prinsip hubungan di antara bangsa-bangsa dalam Konferensi Asia-Afrika telah menemukan kembali momentumnya, termasuk dalam hubungannya dengan diplomasi ekonomi,” katanya.
Pada bagian akhir orasi ilmiah, Megawati menyebut gelar kehormatan itu menjadi sebuah pesan moral tersendiri. Menurutnya, gelar itu memuat pesan untuk melengkapi tugas sejarah para pendiri bangsa.
"Ini menjadi tugas sejarah yang harus kita selesaikan. Tugas untuk terus-menerus mengelaborasikan gagasan-gagasan para pendiri bangsa dan melaksanakannya dalam diplomasi kebebasan ekonomi menuju tatanan dunia baru," ucapnya.
Kehadiran Megawati di FNU disambut oleh mahasiswa Indonesia yang sedang menimba ilmu di Fuzhou. Mereka berbaris rapi sambil melambai-lambaikan bendera merah putih kecil dan menyanyikan Kebyar-kebyar karya almarhum Gombloh.
Sedangkan Megawati hadir didampingi dua ketua DPP PDIP, yakni M Rokhmin Dahuri dan M Prananda Prabowo. Sejumlah kolega dekat Megawati juga hadir pada acara itu, antara lain AM Hendropriyono, Kepala BIN Budi Gunawan, serta mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.
Gelar kehormatan dari FNU merupakan DrHC kedelapan bagi Megawati. Sebelumnya Megawati sudah menerima tujuh gelar doktor kehormatan antara lain dari Universitas Waseda Tokyo di Jepang (2001), Moscow State Institute of International Relations di Rusia (2003), Korea Maritime and Ocean University di Korea Selatan (2015), Universitas Padjadjaran Bandung (2016), Universitas Negeri Padang (2017), Mokpo National University (2017), serta Institut Pemerintahan Dalam Negeri (2018).(jpg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Siap Bersinergi dengan NU dan Muhammadiyah Menjaga NKRI
Redaktur : Tim Redaksi