Terinsipirasi dari Film, Mahasiswa Polinema Ciptakan Gim Horor

Kamis, 15 Agustus 2024 – 21:16 WIB
Muhammad Ali Zulfikar dan Ziedny Bisma Mubarok, mahasiswa Teknik Informatika Politeknik Negeri Malang (Polinema) yang membuat gim horor berlatar Jawa. Foto Mesya/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Siapa bilang gim yang beredar hanya dimonopoli oleh pengembang asing. Buktinya, pengembang gim dari lokal terus bermunculan dan ini tentunya juga menjadi kebanggaan tersendiri.

Adalah Muhammad Ali Zulfikar dan Ziedny Bisma Mubarok, mahasiswa Teknik Informatika Politeknik Negeri Malang (Polinema) yang membuat gim horor berlatar Jawa. 

BACA JUGA: Update Baru Perang Bawah Laut, PUBG Mobile Masuk Jajaran Gim Terpopuler

Mereka adalah game developer dan juga game programmer berbagai permainan yang ada di pasaran saat ini.

Salah satu karya terbarunya adalah Nightwatch at The Gallery, sebuah gim horor di mana pemain berperan sebagai penjaga galeri seni dengan to-do-list dan keputusan yang memengaruhi jalannya permainan. 

BACA JUGA: Gamecomm Indonesia Gandeng Sekuya Bawa Inovasi Baru di Dunia Gim

"Gim horor ini menarik banyak penggemar karena dari hasil studi independen yang kami lakukan, beberapa gim jenis ini memang pemainnya cukup banyak di Indonesia," kata Ziedny Bisma Mubarok kepada JPNN pada ajang Indonesia Technology & Innovation (INTI) di Jakarta International Expo, baru-baru ini. 

Polinema merupakan salah satu dari sembilan satuan pendidikan vokasi yang memamerkan 15 gim di INTI. 

BACA JUGA: Penjualan Gim Action Adventure Stellar Blade Moncer di PS5

Keterlibatan mereka ini atas fasilitasi Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dit. Mitras DUDI) dalam upaya meningkatkan interaksi satuan pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri sekaligus mengekspos karya/produk melalui beragam event level nasional. 

Ziedny menambahkan, ketertarikan dia bersama sahabatnya Ali Zulfikar mengembangkan permainan ini juga didasari oleh antusiasme masyarakat menonton film-film bergenre horor. Di mana, banyaknya animo masyarakat itu maka berbagai jenis film horor pun diproduksi industri perfilman nasional.

"Ya, kita lihat di industri kreatif perfilman, animo masyarakat besar. Jadi, itu menggambarkan minat akan jenis-jenis semacam itu," ucapnya. 

Dia menyebutkan, gim jenis horor peminatnya bukan saja lokal, tetapi juga di luar negeri sangat besar. Karenanya, tak mengherankan developer gim ternama juga tak luput menghadirkan produk bergenre horor, apalagi permainan jenis ini menyasar semua usia.

"Enggak ada batasan usia, ini untuk semua. Pemainnya lokal hingga mancanegara," sebutnya.

Muhammad Ali Zulfikar turut menambahkan, inspirasi hadirnya permainan Nightwatch at The Gallery salah satunya dari film. Di sisi lain juga market atau pasarnya yang luas, bukan hanya Indonesia, tetapi juga dunia.

Kalau bicara market yang ada di Indonesia dan juga internasional, lanjutnya, permainan horor itu cukup tinggi sekali marketnya, itu pertama.

"Kedua, kalau melihat para YouTuber gitu ya atau streamer, itu benar-benar saya lihat, sebenarnya tinggi banget nih kalau kita ngomongin game horor. Hal itu bisa dilihat dari peminat gim Dread Out dan Pamali," terangnya.

Nah, lalu yang ketiga, alasan menampilkan hal otentik khas Indonesia, yakni museum Jawa, wayang dan lainnya dijadikan gim horor. Menurut Ali, hal-hal berbau horor Indonesia itu lebih menyeramkan.

Bukan bagi orang Indonesia saja menyeramkan banget, tetapi juga orang luar negeri. 

"Kami juga ingin mengenalkan budaya Indonesia," ucapnya.

Ali dan Ziedny, juga berharap permainan atau gim yang mengangkat kearifan lokal ini bisa menarik perhatian masyarakat domestik dan juga mancanegara melalui publikasi serta marketing yang tepat. Juga ini menjadi bukti bahwa gim lokal juga bisa berbicara di kancah dunia.

"Permainan ini sangat potensial, apalagi marketnya juga banyak, makanya harapan kami bisa tersebar luas," katanya.

Yang membanggakan, sudah ada pihak tertarik memfilmkan gim tersebut. Alur gimnya dinilai penuh misteri dan menarik untuk diangkat ke layar lebar. 

Gim buatan Polinema ini berlatar museum tua yang didirikan tahun 1950. Tokoh utama gim ini seroang security bernama Raja yang tugasnya menjaga museum tua. 

Gim ini membawa player mengalami berbagai kejadian horor salah satu munculnya hantu tanpa wajah. Player juga disuguhkan dengan berbagai kejadian yang bikin penasaran. 

Setiap pilihan Player akan diakhiri dengan berbagai kejadian menarik. 

"Gim ini bisa dimainkan semua kalangan usia. Tidak ada batasan umur," pungkas Ali. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler