Terjebak di Laut, Ratusan Pengungsi Rohingya Kurus Kering, Belasan Meninggal di Kapal

Minggu, 03 Mei 2020 – 12:55 WIB
Pengungsi Rohingya setelah menyeberangi perbatasan Bangladesh-Myanmar dengan kapal melalui Teluk Bengal, di Shah Porir Dwip, Bangladesh, Minggu (10/9/2017). Foto: ANTARA/REUTERS/Danish Siddiqui/aa.

jpnn.com, DHAKA - Puluhan pengungsi Rohingya, yang diyakini berasal dari salah satu kapal yang terjebak di laut, mendarat di pantai Bangladesh selatan pada Sabtu (2/5).

"Kapal kecil yang mengangkut 43 warga tiba di pantai hari ini," kata pejabat pemerintah Bangladesh, yang menolak disebutkan identitasnya.

BACA JUGA: Puisi Untukmu Para Pejuang Medis, Menuai Pujian, Mengharukan, Bikin Mata Berlinang

Beberapa dari mereka yang tiba dikirim ke Bhasan Char, daerah terpencil di lepas pantai, tempat otoritas sebelumnya berencana menampung warga Rohingya, katanya.

Direktur kelompok pemantau Arakan Project, Chris Lewa, mengatakan kelompok yang mendarat pada Sabtu kemungkinan datang dengan kapal kecil dari salah satu kapal yang lebih besar, yang masih berada di laut, yang diyakini membawa ratusan orang.

BACA JUGA: Heboh Klaster Sampoerna, Pemkot Surabaya Tak Terima Disalahkan Khofifah

Ratusan warga Rohingya, anggota minoritas Muslim dari Myanmar, terlantar di sedikitnya dua kapal pemukat antara Bangladesh dan Malaysia, kata kelompok pembela HAM tersebut, saat negara Asia Tenggara itu memperketat perbatasan untuk mencegah virus corona.

Kapal lainnya, yang membawa ratusan warga Rohingya yang kelaparan dan kurus kering setelah beberapa pekan di laut, tiba di Bangladesh pada pertengahan April.

BACA JUGA: Klaster Sampoerna Mulai Mengganas, Khofifah Sesalkan Kelambatan Dinkes Kota Surabaya

Para penyintas menceritakan belasan orang meninggal di kapal.

PBB mendesak otoritas agar mengizinkan kapal-kapal itu mendarat. Namun sentimen antipengungsi melonjak di Malaysia sementara pemerintah negara-negara menyatakan perbatasan ditutup sebagai langkah untuk mencegah virus corona.

Warga Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh selama bertahun-tahun menempuh cara untuk menyelamatkan diri dengan kapal menuju Thailand dan Malaysia, ketika kondisi laut cukup tenang antara Oktober hingga April.

Ratusan orang meninggal pada 2015 setelah tindakan keras di Thailand membuat para penyelundup meninggalkan kargo bermuatan manusia di laut. (Reuters/antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler