JAKARTA - Terlalu dini meributkan kandungan emas di Gunung Tumpang Pitu, Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur. Hingga saat ini, pemegang Izin Usaha Penambangan (IUP) PT Indo Multi Niaga (IMN) masih dalam tahap eksplorasi guna meneliti kebenaran potensi wilayah tersebut. Terlalu dini pula menuding adanya pencemaran bahan berbahaya akibat kegiatan eksplorasi.
Manager Community Dovelopment PT IMN Pramono Triwahyudi dalam siaran persnya yang dikirim ke JPNN, Minggu (4/3), menegaskan perusahaan hingga 2015 masih berkutat dalam kegiatan eksplorasi, sama sekali belum melakukan eksploitasi. “Eksplorasi tidak menggunakan bahan berbahaya seperti mercury. Jika ada ditemukan kandungan mercury di wilayah ini, itu bekas aktivitas para penambang tradisional,” ujarnya.
Ia berharap pihak berwenang bisa mengambil kebijakan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk menertibkan aktivitas ilegal dari sekitar 400-an penambang liar.
Demikian pula sebaliknya, jika pemerintah ingin melegalkan usaha para penambang tradisional itu, PT IMN siap membantu transfer teknologi pertambangan sederhana yang ramah lingkungan. Asalkan, para penambang tradisional ditempatkan di luar wilayah PT IMN dan kawasan hutan lindung.
Jejak panjang potensi emas dan material turunannya di belahan selatan ujung timur Jawa Timur ini berawal sejak masuknya PT Hakman Platino Metallindo (PT HPM) untuk melakukan eksplorasi di wilayah Meru Betiri dan Gunung Tumpang Pitu, tahun 1995. Kemudian, pada 2006, Bupati Banyuwangi mengeluarkan izin eksplorasi kepada PT Indo Multi Cipta (PT IMC) yang menggantikan PT HPM karena izinnya berakhir setahun sebelumnya.
Pada tahun itu juga, tepatnya 11 Agustus 2006, PT IMC memindahkan Kuasa Pertambangan kepada PT IMN. Sedangkan izin eksplorasi dengan wilayah seluas 11.621,45 hektare diperoleh PT IMN pada 16 Februari 2007. Sejak saat itu, Pesanggaran mulai menggeliat seiring aktivitas eksplorasi yang dilakukan.
Namun, terjadi persinggungan antara PT IMN dan penambang tradisional di 17 titik (dari 367 titik) pengeboran sekitar kawasan Gunung Manis. Sebenarnya, ujar Pramono, komunikasi dengan warga berjalan cukup baik. “Ada pihak-pihak tertentu yang menggerakkan. Bahkan, terindikasi ada orang luar yang terlibat dalam sejumlah aksi massa menentang kegiatan eksplorasi,” ungkapnya.
Konflik di wilayah ini semakin memanas setelah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi meminta bagian saham dalam bentuk golden share dari PT IMN. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengaku sudah mendapat restu dari Gubernur Jawa Timur perihal perimintaan golden share atau yang disebutnya saham teritori.
Menurut pihak PT IMN, pada dasarnya perusahaan siap memenuhi segala bentuk kewajiban kepada negara, sepanjang itu sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. “Jika pemerintah daerah ingin terlibat, silakan melakukan investasi melalui transaksi jual beli saham oleh badan usaha milik daerah, misalnya. Bukan meminta saham kosong, apalagi sampai sebesar 20%. Tidak ada peraturannya itu,” tegas Pramono.
Jika yang dijadikan alasan oleh Bupati agar rakyat mendapat hak mendapatkan keuntungan melalui kesetaraan permodalan lewat golden share atau saham teritori itu, pihak PT IMN juga memiliki visi untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat demi terciptanya kesejahteraan. Hal itu diwujudkan dengan sejumlah aktivitas pengembangan sosial dan lingkungan.
Sekalipun dalam masa eksplorasi ini murni sepenuhnya dalam kerangka investasi atau dengan kata lain perusahaan belum berorientasi pada keuntungan, namun sejumlah dana telah digelontorkan untuk masyarakat sekitar.
Setiap tahun dialokasikan sekitar Rp800 juta untuk pembangunan infrastruktur dan pembinaan usaha masyarakat di lima desa Kecamatan Pesanggaran (Sumber Agung, Pesanggaran, Kandangan, Sarongan, dan Sumber Mulyo). Di 2012 ini, alokasi dana yang disiapkan mencapai Rp2 miliar dengan komposisi 60% untuk infrastruktur, serta masing-masing 20% untuk hibah pengembangan ekonomi lokal dan dana bergulir yang dikelola sendiri oleh sejumlah kelompok usaha.
PT IMN juga giat memberikan berbagai pelatihan kepada karyawan lokal agar dapat meningkatkan keahlian mereka dan mampu bekerja di perusahaan pada level yang lebih baik. “Saat ini sudah ada dari karyawan lokal yang menduduki posisi sebagai supervisor,” ujar Pramono.
Masih dalam kaitan pemberdayaan masyarakat, dari 470 karyawan PT IMN, 384 orang atau 84% adalah karyawan lokal. Jumlah ini belum termasuk multiflier effect dari keberadaan PT IMN, yakni dari 490 tenaga kontrak, 360 orang atau sekitar 74% di antaranya adalah orang lokal. Hal ini bisa dilakukan, karena metode perekrutan yang berdasarkan skala prioritas utama untuk lokal Banyuwangi, berikutnya dari seputar Jawa Timur, dan terakhir secara nasional.
“Jadi kebanggaan bagi remaja di sini bila bisa memakai baju seragam PT IMN,” ujar Hendrawan, staf di PT IMN yang tahun lalu memilih hengkang dari pekerjaan lamanya sebagai marketing di sebuah bank swasta di Pesanggaran.
Hal senada diungkapkan Ibu Sidem, penyuplai bahan makanan bagi karyawan PT IMN. Sebelum kehadiran perusahaan nasional ini di Pesanggaran, Ibu Sidem adalah pedagang sayur keliling yang menggunakan sepeda. Kini, usahanya berkembang hingga memiliki mobil bak terbuka yang digunakan untuk menyuplai bahan mekanan ke PT IMN. “Tagihan saya ke PT IMN setiap dua minggu sekali, itu mencapai sekitar Rp24 juta,” ujarnya agak sungkan ketika ditanya berapa penghasilan bersih dari omzetnya tersebut.
Lain lagi yang diakui Mbah Bibit, tokoh masyarakat yang ikut mengalami bencana tsunami tahun 1994 di Desa Sumber Agung. Diungkapkannya, sebelum 2006 (sebelum masuknya PT IMN), kehidupan masyarakat di kampungnya sangat minim. Baik petani ataupun nelayan tidak mampu menghidupi dirinya secara layak. “Gaji saya sekarang dua juta sembilan puluh sembilan rupiah sebulan,” sumringah Bibit. Angka itu jauh di atas UMR Banyuwangi yang hanya Rp925 ribu perbulan.
Jika berjalan sesuai rencana, mulai tahun 2015 PT IMN akan memasuki tahap konstruksi sebagai persiapan kegiatan eksploitasi. Dipastikan, kebutuhan tenaga kerja lokal akan berlipat ganda. Saat itulah kiranya masa yang tepat untuk meributkan kesempatan emas dalam keturutsertaan membangun Banyuwangi bersama perusahaan nasional PT IMN. (*/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kuota BBM di Daerah Tetap Terpenuhi
Redaktur : Tim Redaksi