jpnn.com - JAKARTA - PT Waskita Karya (WSKT) yang merupakan perusahaan kontraktor asal Indonesia yang juga menjadi salah satu bagian penting dari renovasi Masjidil Haram.
Corporate Secretary WSKT Antonius Yulianto Nugroho menyatakan bahwa crane yang jatuh dalam tragedi di Masjidil Haram tersebut bukanlah milik perseroan.
BACA JUGA: Cerita Korban Jatuhnya Crane: Tahu-tahu Kaki Kiri Saya Sudah Patah
”Crane yang jatuh bukan milik Waskita Karya. Crane tersebut milik Bin Ladin yang merupakan main contractor, sedangkan Waskita Karya selaku sub kontraktor,” ujarnya kepada Jawa Pos (12/9).
Saudi Bin Ladin Group (SBG) merupakan salah satu perusahan kontrustruksi multinasional yang bermarkas di Jeddah, Arab Saudi. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan kontruksi terbesar kedua di dunia setelah Vinci Construction.
BACA JUGA: Crane Terjungkal, Bukan Jatuh, Ini Kronologisnya
Bin Ladin juga beberapa kali menandatangani kontrak miliaran dolar untuk membangun gedung-gedung pencakar langit di dunia.
Anton juga menceritakan kronologis kejadian mengerikan tersebut. ”Sehabis Ashar angin mulai kencang, sekitar jam 5 sore hujan deras disertai butiran es dan angin puting beliung dan sampai saat shalat Maghrib masih berlangsung,” ujarnya.
BACA JUGA: Kami Melihat Jamaah Tewas di Depan Kita, Allahu Akbar....
Tak lama kemudian, saat shalat Mahrib tiba-tiba mobile crane Bin Ladin berkapasitas 1.300 ton yang merupakan terbesar nomor dua di dunia dengan merek Mamoth ambruk mengenai atap Sai dan lantas menembus hingga lantai 3. Mamoth ambruk diantara dua tower crane yang berada di atap Sai.
Saat kejadian berlangsung, ada 60 pekerja dan 6 karyawan WSKT sedang bertugas. ”Semua karyawan Waskita Karya yang ada di lokasi tersebut selamat. Saat kejadian juga bertepatan dengan waktu libur kerja,” tambahnya.
Anton mengungkapkan bahwa ruang lingkup pekerjaan WSKT di pembangunan Masjidil Haram adalah suplay beton untuk pembuatan kolom dan balok. Kini, aktivitas WSKT adalah melaksanakan fabrikasi pembesian kolom untuk Masjidil Haram yang dikerjakan di workshop yang lokasinya 10 km dari proyek masjid.
Adapun fabrikasi kolom dan beam dengan variasi kolom memiliki ukuran 2,7 m x 2,7 m – 1,6 m x 1,6 m dengan tinggi 9 m dan berat mencapai 30 ton. Sedangkan, beam lebih bervariasi, yang paling besar berukuran 1,8 m x 1,4 m dan panjang 11 m.
”Pekerjaan di tempat yang ambruk sudah selesai dan hal tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan Waskita Karya,” tuturnya.
Namun, ketika ditanya soal teknis pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara bertahap lantaran tidak boleh dilakukan saat musim haji, pihaknya enggan berkomentar banyak.
”Memang betul selama bulan haji pekerjaan diliburkan. Tapi masih ada piket melihat lokasi kerja. Apakah pagar maupun pekerjaan yang ditinggal dalam keadaan aman. Tapi soal lebih detilnya itu bukan domain kami, itu adalah domain pemberi pekerjaan dan main contractor,” katanya.
WKST terlibat dalam proyek renovasi dan pengembangan Masjidil Haram sejak tahun 2013. Anton menjelaskan bahwa pengerjaan proyek tersebut dikerjakan secara bertahap.
Di tahap kontrak pertama, WSKT menandatangani kontrak senilai USD 40 juta. Sedangkan, proyek kali ini merupakan lanjutan dari kontrak pertama. Kali ini, WSKT memperoleh pekerjaan pembangunan Masjidil Haram dengan nilai Rp 40 miliar untuk pengerjaan yang mencakup suplay material Masjidil Haram. (dee)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Tewas Jamaah dari Indonesia jadi 6 Orang?
Redaktur : Tim Redaksi