jpnn.com, SAMOSIR - Para petani kerambah jaring apung di pingiran Danau Toba Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, kelimpungan memindahkan jutaan ikan yang mati misterius.
Pasalnya, ikan-ikan yang diternak mendadak mati itu jumlahnya pun bukan sedikit, melainkan seratusan ton.
BACA JUGA: Jutaan Ikan Mati Massal di Danau Toba, Petani Rugi Miliaran
Dari beberapa sumber, memang seminggu belakangan ini air di Danau Toba disebut mengalami perubahan warna yang diduga beberapa hal, termasuk perubahan cuaca. Ini kemudian diduga sebagai salah satu pemicu matinya ikan.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir telah mengeluarkan pernyataan resminya terkait insiden itu yang diunggah melalui akun @pemkabsamosir di media sosial, Kamis (23/8/2018) sore.
BACA JUGA: Dikunjungi Tim UNESCO, Semoga Danau Toba Bisa Diakui Dunia
Mereka menyebut, dugaan sementara penyebab kematian ikan tersebut adalah karena ikan kekurangan oksigen.
Hal ini terjadi akibat cuaca kencang yg berpengaruh terhadap perbedaan suhu air dipermukaan dan dibawahnya yg menyebabkan pergerakan massa air dari bawah ke permukaan.
BACA JUGA: Tak Ditahan, Kadishub Samosir Wajib Lapor Sekali Seminggu
“Pergerakan massa air secara vertikal (up welling) ini membawa nutrien dan partikel-partikel dari dasar perairan yg membuat pasokan oksigen untuk ikan menjadi berkurang. Penyebab lain akibat tingginya kepadatan populasi ikan dalam kotak KJA hal ini sangat mengganggu sirkulasi oksigen yg mengakibatkan kurangnya pasokan oksigen dan menyebabkan kematian ikan,” ungkapnya.
Di samping itu lokasi KJA tersebut terlalu dangkal diakibatkan surutnya air danau toba dan dasar perairan berlumpur.
Saat ini, Pemkab Samosir adalah melalui Bupati Samosir beserta SKPD terkait, TNI dan POLRI telah melakukan kunjungan lapangan untuk meninjau lokasi kejadian dan mengambil tindakan lanjutan.
“Bupati Samosir menginstruksikan agar dilakukan evakuasi ikan yang mati dari KJA dan mengubur di darat dengan menggunakan alat berat (Escavator) dan dibantu oleh SKPD terkait seperti Satpol PP,Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, BPBD,Staf Kantor Kecamatan Pangururan, Staf Kelurahan Pintu Sona dan masyarakat sekitar,” jelasnya.
Untuk memastikan penyebabnya, saat ini Dinas Pertanian telah membawa sample berupa ikan, air dan pakan untuk diteliti di laboratorium di Medan untuk memastikan secara ilmiah apa penyebab kematian ikan tersebut.
“Kepada masyarakat pemilik KJA diimbau agar mengosongkan KJA minimal dua bulan dan mencuci net serta semua peralatannya agar situasi normal kembali,” tutup pernyataan tersebut.
Peristiwa ini tepatnya terjadi di Pintu Sona Dusun I Kelurahan Pintu Sona, Kecamatan Pangururan, Samosir dengan jumlah kepala keluarga (KK) 18.
“Pemilik KJA yang menjadi korban kematian ikan sejumlah 18 KK dengan jumlah total ikan yg mati diperkirakan sebanyak 180 ton yang terdiri dari ikan mas dan ikan nila,” jelas akun tersebut.(nin/fir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jaksa Kembalikan Berkas Kasus KM Sinar Bangun ke Penyidik
Redaktur & Reporter : Budi