Ternyata Ini Penyebab Kurs Rupiah Ambyar, Susah Menanjak

Kamis, 20 Oktober 2022 – 20:47 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan penyebab nilai tukar rupiah yang saat ini ambyar. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan penyebab nilai tukar rupiah yang saat ini ambyar.

Menurutnya, kurs rupiah belum menguat lantaran USD masih sangat tinggi dan ketidakpastian kondisi ekonomi global.

BACA JUGA: Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Melemah Lagi, Inilah Pemicunya

BI mencatat nilai tukar rupiah sampai dengan 19 Oktober 2022 terdepresiasi 8,03 persen dibandingkan dengan level akhir 2021.

"Namun, tekanan rupiah ini bukanlah faktor fundamental, tekanan rupiah karena kondisi global serta USD yang menguat sangat tinggi," tegas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Oktober 2022 dengan Cakupan Triwulanan yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis

BACA JUGA: Alhamdulilah, Kurs Rupiah Hari Ini Mulai Bangkit, Neraca Perdagangan Surplus

Perry mengungkapkan indeks nilai tukar USD terhadap mata uang utama (DXY) mencapai level tertinggi 114,76 pada 28 September 2022 dan tercatat di level 112,98 pada 19 Oktober 2022 atau mengalami penguatan sebesar 18,1 persen selama 2022.

"Jika dihitung dari pertengahan tahun lalu, penguatan USD lebih tinggi lagi, yakni di atas 20 persen atau hampir 25 persen, sehingga menyebabkan pelemahan mata uang dunia termasuk negara pasar berkembang dan Indonesia," ujarnya.

Oleh karena itu, Perry Warjiyo menekankan sinergi yang sangat erat merupakan kunci, terutama antara BI, pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dunia usaha, perbankan, dan daerah, untuk bersatu mendorong ekonomi, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan terus inovatif serta kreatif mencari terobosan-terobosan baru dalam kebijakan.

"Langkah ini agar bersama-sama tentu saja kita bisa terus mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia," ucapnya.

Perry optimistis dukungan koordinasi erat dari berbagai pihak terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, termasuk untuk memitigasi inflasi dari barang-barang impor alias imported inflation, sehingga dapat pula mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Meski kurs rupiah terdepresiasi 8,03 persen, penurunan tersebut lebih rendah dari negara-negara lain dan tidak berdampak pada kondisi perbankan, korporasi, dan tetap mendukung pemulihan ekonomi nasional," tegas Perry. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
rupiah   kurs rupiah   USD   Ekonomi   BI  

Terpopuler