Ternyata Sejarah Berpihak kepada Rossi

Kamis, 05 November 2015 – 09:00 WIB
Valentino Rossi. FOTO: AFP

jpnn.com - VALENCIA - Sirkuit Valencia menjadi panggung penentuan juara MotoGP 2015 pada Minggu (8/11). Hanya dua rider yang terlibat dalam horse race. Mereka adalah Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo. Ternyata, jika kita membuka buku sejarah dan mengamati statistik, Rossi lebih difavoritkan. 

Sejarah mencatat, hanya sedikit musim balapan yang titel juaranya harus ditentukan hingga seri terakhir. Sebagian besar berpihak kepada pemimpin klasemen.

BACA JUGA: TEGAS! PSSI tak Masuk Tim Khusus

Nah, hingga seri ke-17 di Sepang (25/10), Rossi memimpin klasemen pembalap dengan 312 poin. Dia leading tujuh poin atas rekan setimnya di Movistar Yamaha Jorge Lorenzo. 

Tapi Lorenzo punya keuntungan menang di dua seri lebih banyak. Lorenzo hanya butuh menyamakan perolehan poin dengan Rossi. 

BACA JUGA: MIRIS! Usai Juarai Turnamen Sepak Bola, 11 Anak Indonesia Terlantar di Filipina

Jika itu terjadi, mimpi the Doctor merengkuh juara dunia kesepuluh musnah. Target yang tidak sulit bagi Lorenzo. 

Rossi akan memulai balapan dari grid paling belakang. Lorenzo juga on fire setelah mencatatkan hasil bagus di Malaysia. ''Aku akan memberikan kemampuan terbaikku untuk memenangi gelar juara,'' janji dia. 

BACA JUGA: Komitmen Putus Kontrak Persipura Nyata atau Hanya Omong Saja?

Hingga kemarin (4/11), mahkamah arbitrase olahraga (CAS) belum memutuskan akan menerima atau menolak gugatan Rossi untuk mencabut penalti tiga poin. Itu adalah buntut senggolannya dengan Marc Marquez di tikungan 14 Sirkuit Sepang. Jadi, akankah sejarah tetap berpihak kepada Rossi? 

Musim 2015 adalah kalender balap ke-17 yang juara dunia harus ditentukan pada seri terakhir. Dari 16 musim sebelumnya, hanya dua pemimpin klasemen yang gagal mengangkat trofi juara dunia di akhir musim. Yang pertama adalah musim 1992, saat Mick Doohan dan Wayne Rainey berebut gelar. 

Doohan dibebat cedera sepanjang musim. Namun, dia mendulang poin maksimal di dua seri terakhir. Rainey melakoni balapan penentuan di seri terakhir dengan defisit dua poin dari sang rival. Namun, pada akhirnya, dia berhasil mengandaskan mimpi Doohan merebut juara dunia dengan unggul empat poin. (cak/na)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Liga Champions: Kok Bisa Ya Zenit St. Petresburg Meraih Angka Sempurna?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler