Ternyata Suhu Dingin tak Terkait Fenomena Aphelion

Sabtu, 07 Juli 2018 – 07:45 WIB
Suhu Dingin. Ilustrasi Foto: pixabay

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah pesan singkat yang beredar menyebutkan suhu dingin di hampir seluruh Pulau Jawa belakangan ini disebabkan fenomena Aphelion atau titik terjauh bumi dengan matahari. Tetapi ternyata suhu dingin yang saat ini terjadi, sama sekali tidak terkait dengan fenomena Aphelion.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin membenarkan bahwa banyak yang bertanya-tanya mengapa suhu di beberapa kota di Jawa menjadi lebih dingin. ’’Adakah hubungannya dengan Aphelion pada setiap bulan Juli?’’ katanya saat dihubungi, Jumat (6/7).

BACA JUGA: Fakta Penting Bom Bangil: Piring pun tak Pecah

Dengan tegas Thomas suhu dingin yang sekarang terjadi tidak ada hubungannya dengan Aphelion. Sebab perubahan jarak matahari ke bumi, tidak terlalu signifikan memengaruhi suhu permukaan bumi.

Lebih lanjut Thomas menuturkan suhu udara dipengaruhi oleh distribusi panas di bumi akibat perubahan tahunan posisi matahari. Dia mengatakan saat ini posisi matahari berada di belahan bumi bagian utara. Sehingga belahan bumi bagian selatan mengalami musim dingin. Termasuk di antaranya di Australia, saat ini mengalami musim dingin.

BACA JUGA: Perhutanan Sosial Beri Ruang untuk Masyarakat Adat Kerinci

Posisi matahari juga memengaruhi tekanan udara. Ketika saat ini posisi matahari saat ini berada di belahan utara bumi, tekanan udara di belahan bumi selatan lebih tinggi dibanding belahan utara. Akibatnya angin bertiup dari selatan menuju utara.

Bertiupnya angin dari selatan ke utara ini juga mendorong awan bergerak ke utara menjauhi Indonesia. ’’Sehingga Indonesia mengalami musim kemarau,’’ katanya.

BACA JUGA: Pelaku Bom Surabaya dan Pasuruan Saling Berkaitan

Angin yang bertiup dari belahan bumi bagian selatan ini juga membawa udara dingin. Sebab saat ini di Australia sedang mengalami musim dingin. Thomas menyimpulkan inilah penyebabnya kenapa saat ini masyarakat di pulau Jawa mengalami suhu yang lebih dingin dari biasanya.

Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan Indonesia mengalami puncak musim kemarau pada Juli sampai Agustus. Dengan indikator mulai aktifnya monsun Australia. Akibat angin monsun tersebut, Indonesia juga mendapatkan pengaruh dari aliran massa dingin dari Australia menuju ke Asia.

Di sejumlah daerah suhu memang terasa lebih dingin dari biasanya. Di Bandung dikabarkan suhu bisa turun hingga 12 derajat celcius. Bahkan dari Pegunungan Dieng beredar foto lapisan es yang berasal dari embun.

Data cuaca BMKG menyebutkan suhu terendah ada di Bandung dengan kisaran 18-30 derajat celcius. Kemudian di Jogjakarta berada di kisaran 21-32 derajat celcius. (wan/agm)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bom Bangil: Terungkap, Anwardi Pernah Bawa Bom di Sepeda


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler