Teror Bom Paskah: Sri Lanka Tutup Masjid NTJ

Senin, 29 April 2019 – 13:43 WIB
Tentara Sri Lanka berjaga di depan salah satu masjid di Kolombo. Foto: AFP

jpnn.com, KOLOMBO - Seminggu setelah teror bom Paskah, umat Katolik Sri Lanka belum bisa kembali beribadah dengan normal. Hingga kemarin, Minggu (28/4), seluruh gereja masih ditutup.

Larangan menggelar misa untuk sementara belum dicabut. Uskup Agung Kolombo Kardinal Malcolm Ranjith menggelar misa di kapel kecil yang berada di rumahnya.

BACA JUGA: Zahran Hashim, Corong Kebencian yang Dalangi Teror Paskah Sri Lanka

Homili (khotbah) yang dia sampaikan disiarkan langsung lewat televisi nasional. Penduduk bisa mengikuti misa dengan melihat televisi.

Pemandangan tak biasa tampak dalam misa tersebut. Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena, Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe, dan Pemimpin Oposisi Mahinda Rajapaksa hadir dalam misa terbatas tersebut.

BACA JUGA: Sri Lanka Kebobolan karena Elite Politik Sibuk Bertengkar

BACA JUGA: Sri Lanka Mencekam, Banyak Masjid Tak Gelar Jumatan

Politisi itu biasanya berseteru karena berseberangan dalam kepentingan politik. Permusuhan mereka dan disfungsi pemerintahan dituding sebagai salah satu penyebab pengeboman saat Paskah lalu gagal dicegah.

BACA JUGA: Sri Lanka Mencekam, Banyak Masjid Tak Gelar Jumatan

"Apa yang terjadi Minggu lalu adalah tragedi besar, sebuah penghinaan terhadap kemanusiaan," ujar Ranjith seperti dikutip Associated Press.

Hingga kemarin, situasi di Sri Lanka masih mencekam. Perasaan waswas tak hanya menghantui umat Kristiani. Kaum muslim yang juga merupakan minoritas pun merasa demikian. Tempat-tempat ibadah dua umat tersebut dijaga ketat.

Pihak Gereja St Mary Magdalene menyatakan, gereja baru kembali dibuka pada 6 Mei mendatang. Tentara juga masih berkeliling dengan mobil-mobil antipeluru.

Sirisena mengeluarkan dekrit presiden untuk mengendalikan situasi. Di dalamnya dinyatakan, National Thawheed Jammath (NTJ) dan Jamathei Millathu Ibraheem (JMI) masuk daftar kelompok terlarang. Dua lembaga itu mengaku sebagai otak di balik pengeboman yang menelan 253 nyawa tersebut.

Juru Bicara Kepresidenan Dharmasri Ekanayake menegaskan, dekrit tersebut akan memberikan keleluasaan untuk penyelidikan. Sebab, pemerintah boleh menyita properti apa pun milik dua organisasi itu. Begitu dekrit keluar, polisi mulai bergerak. Mereka kemarin siang mendatangi masjid milik NTJ di Kattankudy, lalu menutupnya. (sha/c11/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Domba Hitam


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler