Terorisme Bule Hantui Amerika, Trump Pemicunya

Selasa, 06 Agustus 2019 – 22:40 WIB
Presiden AS, Donald Trump. Foto: AFP

jpnn.com, WASHINGTON - Tragedi dua penembakan beruntun di AS memunculkan ketakutan baru di AS. Yakni, terorisme kulit putih alias bule. Ancaman tersebut makin meresahkan karena Presiden AS Donald Trump masih ingin memainkan isu supremasi kulit putih sebagai alat politiknya.

''Serangan ini adalah balasan dari invasi para Hispanik di Texas,'' ujar Patrick Crusius menurut New York Times. Kalimat itu adalah pemikiran Crusius dalam manifesto online yang diunggah dalam situs 8chan.

BACA JUGA: Nyata Adanya: Maling Tobat berkat Saus Tomat

Kalimat tersebut terdengar familier di telinga warga AS. Bukan karena kalimat serupa biasa diucapkan pelaku pembunuhan masal berpaham ultra kanan. Tapi karena kata ''invasi'' sering digunakan orang nomor satu di AS: Donald Trump.

Dari masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2016 hingga masa kampanye 2020, politikus Partai Republik itu menggunakan kata ''invasi'' untuk mengacu pada lonjakan populasi imigran di AS.

BACA JUGA: Blink-182 Nyaris Jadi Korban Penembakan Massal di Texas

''Kalian lihat apa yang sedang berlangsung (di perbatasan selatan AS, Red). Itu adalah invasi,'' ungkapnya dalam salah satu kampanye.

BACA JUGA: Bule Rasis Bantai 20 Orang di Supermarket, Satu Bayi Bersimbah Darah

BACA JUGA: Penembak Massal Renggut 9 Nyawa dalam 1 Menit, Brutal

Crusius yakin bahwa aksi keji yang dilakukan bakal menjadi kata pengantar terhadap debat politik AS terbaru. Dia berharap Trump bisa jadi aktor yang membela kepentingan kaum supremasi putih saat debat itu terjadi.

Pada pembantaian dua hari lalu, warga Allen, kota satelit Dallas, merenggut nyawa 20 orang. Enam di antaranya merupakan warga Meksiko.

Teror kaum supremasi kulit putih bukan lagi masalah remeh. Menurut Center for the Study of Hate and Extremism (CSHE) di California State University San Bernardino, 17 dari 22 pembunuhan ekstremis di AS dilakukan para nasionalis kulit putih.

Sedangkan Anti-Defamation League (ADL) melaporkan hanya satu dari 50 pembunuhan berkaitan motif ekstremis yang tak terkait supremasi kulit putih. Satu-satunya pengecualian adalah pembunuhan dari ekstremis Islam yang dulunya masuk lingkaran supremasi kulit putih.

''Melawan segala bentuk terorisme adalah prioritas nasional. Termasuk ancaman terorisme kulit putih yang nyata,'' ujar George P. Bush, pejabat Texas yang masih keponakan mantan Presiden George W. Bush, kepada Agence France-Presse.

Menurut lembaga analisis politik New America, ancaman dari kubu ultra kanan dalam tiga tahun terakhir jauh lebih berbahaya dari para jihadis Islam.

Trump terus menyangkal ancaman tersebut. Tentu, dia sudah menyampaikan belasungkawa dan meminta seluruh AS mengibarkan bendera setengah tiang. Namun, dia tetap menghindari istilah terorisme bule. Padahal, Ivanka, putri kandungnya sekaligus penasihat Gedung Putih, sudah mengecam penganut paham supremasi kulit putih.

Trump menuding pelaku penembakan sebagai orang yang sakit mental. Dia juga menuduh media massa punya andil. Menurut dia, media massa selalu memuat berita yang menyesatkan sehingga masyarakat menjadi marah.

''Pemberitaan media seharusnya bisa lebih adil dan tidak berpihak. Atau, masalah ini akan terus memburuk,'' ungkapnya melalui akun Twitter.

Pernyataan Trump langsung disanggah banyak pihak. Menurut mantan Direktur FBI James Comey, Trump punya peran besar dalam membangkitkan terorisme kulit putih di AS. Sebab, Trump membuat orang dengan pandangan ekstrem kanan bebas berekspresi. (bil/c17/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bule Rasis Bantai 20 Orang di Supermarket, Satu Bayi Bersimbah Darah


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler