Terowongan Jadi Tempat Mangkal PSK

Selasa, 16 April 2013 – 01:40 WIB
UNDERPASS yang menghubungkan antara Kampus IPB Baranangsiang dan Kebun Raya Bogor sangat memprihatinkan. Terowongan yang bertujuan untuk meminimalisir kemacetan itu sia-sia.

Sebab, sampah dan aksi vandalisme menjadi wajah bangunan itu. Terowongan itu kini tak berfungsi, pintu utamanya terkunci, sementara dindingnya dipenuhi coretan tanpa makna.

Menelusuri terowongan ini menyeramkan. Gelap, tumpukan sampah berserakan, bergam jenis sampah ada di terowongan itu. Bekas aksi mesum pun tampak tercecer, ada konsom yang dibuang ke lantai terowongan ini.

Di pojok sebelah kanan, tepatnya di ujung langit-langit ruang, ada kamera CCTV mengintai tapi kondisinya tak karuan, kabel-kebelnya terbengkalai. pesing dan tanah basah tercium hingga keluar.
   
Bagian dasar yang menghubungkan terowongan ke Kebun Raya itu digenangi air. Terowongan itu kacau balau, tak terawat. Pembangunannya benar-benar mubazir.   Seorang pegawai swasta Yani (23) yang sering melewati jalan setapak di sepanjang jalan depan kampus IPB baranangsiang itu mengaku, heran dengan kondisi terowongan itu.

Menurutnya, jika dibangun untuk mengurai kemacetan  kenapa malah ditutup. “Saya saja belum pernah melihat ke dalamnya, tapi setiap kali lewat yang terlihat gambaran kumuh dari bangunan yang sudah tidak terawat,” ujarnya.
   
Selain vandalisme, Underpass juga menyimpan sejuta pertanyaan. Mahasiswa IPB Gunawan (29) mengatakan terowongan bawah tanah pembangunan yang sia-sia, jaraknya hanya dua badan jalan dan fungsinya sangat terbatas, yaitu hanya menghubungkan jalan yang ada di depan kampus IPB Baranangsiang dan Kebun Raya di sebelah barat. 

“Ya kalau dihitung melalui langkah hanya belasan langkah,” katanya.

Sejauh ini, belum ada upaya  Pemkot Bogor membenagi keberadaan Underpass itu, pemkot masih abai dengan terowongan di Jalan Pajajaran itu. Underpas dibangun untuk pengunjung KRB terutama rombongan. Mereka bisa menggunakan underpass, agar dapat langsung masuk ke dalam KRB melalui pintu 3 KRB (kini pindah di depan Plaza Pangrango, Red).

Namun, belum bisa digunakan. Sebab, tak diminati karena pengunjung harus melewati terowongan yang gelap dan penuh sampah. Keterbatasan lahan parkir yang berganti dengan tempat parkir Bus Damri, di sebut sebagai biangnya. Seharusnya, bus pariwisata yang saat ini sering parkir di Jalan Juanda menghabiskan badan jalan harus segera dicarikan solusi.

“Kami keterbatasan lahan, terutama lahan parkir bus pariwisata setiap akhir pekan kami hanya bisa mengalihkan. Ini kendala DLLAJ,” kata Kadis DLLAJ, Suharto.

Hasin (28), salah satu pedagang suvenir di depan gerbang KRB mengaku tidak merasa aneh dengan kondisi itu. Sebab, dia sudah lama menyaksikan underpass jadi tempat kumpul terutama anak jalanan dan penjaja seks komersial (PSK).

“Apalagi kalau malam hari. Banyak dijadikan tempat mesum karena kebetulan rumah saya juga di Babakan Pasar, jadi saya selalu lewat sini,” katanya.

Chika (20), pengguna trotoar depan KRB Baranangsiang meminta Pemkot Bogor melalui jajaran terkaitnya untuk memperbaiki sarana  publik dan mengawasi underpass itu.

“Selain menyeramkan, underpass ini juga sangat bau pesing, serta bau air limbah yang keluar dari saluran air taman IPB. Sehingga kalau lewat ke sini harus tutup hidung,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertamanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Bogor, Daud Nedo Darenoh berjanji mengambil tindakan dan berkoordasi bersama instansi terkait.

“Kami di DKP segera berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya seperti Dinas Pengawasan Bangunan dan Pemukiman (Wasbangkim) dan LIPI Kebun Raya Bogor untuk menyikapi masalah ini,” kata Daud.

Dia mengatakan, guna penataan di luar underpass sudah bekerjasama dengan Paguyuban Pedagang Tanaman Hias Kota Bogor, untuk menanam tanaman rambat di tembok luar underpass.“Dengan dipasangi tanaman merambat, maka underpass menjadi indah dan efektif menghilangkan corat-coret hasil vandalisme,” pungkasnya.(rp3/ram/b)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gubernur dan Wagub Aceh Temui Menkopolhukam

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler