Terowongan Kuno Ditemukan Dekat Stasiun Bogor, Konon Tersambung ke Beberapa Tempat

Senin, 30 Agustus 2021 – 04:52 WIB
Wali Kota Bogor Bima Arya saat memeriksa terowongan kuno. Foto: Radar Bogor

jpnn.com, BOGOR - Tim pemeliharaan Dinas Pekerjaan Umum dan penataan ruang (PUPR) Kota Bogor, Jawa Barat, menemukan terowongan kuno yang konon peninggalan zaman kolonial Belanda.

Terowongan itu berada di area Stasiun Bogor tepatnya di bawah saluran air atau drainase di sekitaran Jalan Nyi Raja Permas, Kecamatan Bogor Tengah.

BACA JUGA: Aparat TNI Bentrok dengan Warga, Dandim Alami Luka

Wali Kota Bogor Bima Arya yang mengecek terowongan itu mengatakan saluran diduga cukup luas sehingga orang bisa berjalan di dalamnya.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan fungsi saluran, apakah saluran air atau memiliki fungsi-fungsi lain.

BACA JUGA: Polisi Sebut Korban Penembakan Perampokan Toko Emas di Medan Masih Dirawat

Menurutnya, Pemkot Bogor akan bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk melakukan pemetaan, luasan, panjang dan fungsinya, dengan menggandeng Universitas Pakuan (Unpak) dan IPB.

Selain ingin memastikan fungsi saluran, Bima Arya juga menginginkan agar dilakukan kajian agar dapat diketahui, apakah saluran bawah tanah tersebut memungkinkan untuk direvitalisasi dan digunakan kembali.

Dia menyebut, pada 2016 Kota Bogor sudah memiliki masterplan drainase. Karenanya saluran bawah tanah yang ditemukan harus disesuaikan, mengingat lokasi penemuan termasuk dalam kawasan yang akan ditata pembangunan Alun-alun, Masjid Agung, dan pengembangan Stasiun Bogor.

“Jadi otomatis drainasenya harus rapi,” ujar Bima Arya didampingi Kepala Dinas PUPR Kota Bogor Chusnul Rozaqi dan Kepala Bappeda Rudy Mashudi, Sabtu (28/8).

Lebih lanjut dia mengatakan, posisi saluran berada di kedalaman tiga meter di bawah permukaan jalan, dan tepat di atas bangunan itu terdapat saluran air Kota Bogor yang dibangun sekitar tahun 90-an.

“Tadi saya coba tusuk pakai linggis, kemungkinan lebih dalam juga, sekitar dua meter. Bisa saja orang berdiri di situ. Bisa saja orang jalan di situ. Kalau dilihat sedimentasinya,” kata Bima usai melakukan pengecekan.

Selain melakukan pemetaan, Bima menyebut akan melakukan pengerukan dan mengangkat sedimentasinya.

Apabila saluran itu memungkinkan masih bisa dipergunakan maka akan dilakukan revitalisasi.

“Saya ingin sedimentasinya digali dan dikeruk secara bertahap sampai sejauh mana dan apakah bisa difungsikan kembali sebagai saluran air, kita akan lihat fungsinya untuk apa,” paparnya.

Dilihat dari struktur, lanjut Bima, bisa saja saluran itu dibangun pada tahun 1880 atau sebelum Stasiun Bogor Berdiri pada 1881 dan melihat bentangannya bisa saja saluran itu bisa menempuh atau tersambung ke beberapa tempat.

Bima menegaskan sebagai langkah awal yakni melakukan pemetaan. Hal itu, karena berkaitan dengan pengembangan kawasan staiun di mana tengah dibangun alun-alun, Masjid Agung, juga perluasan stasiun.

Dia menambahkan bangunan dari saluran secara kasat mata memiliki kemiripan dengan yang ada di Sukabumi, Klaten, dan Bekasi.

Sementara, berdasarkan informasi salah satu petugas Dinas PUPR yang mengeruk sedimentasi, pada titik yang lokasinya dekat dengan dipo Stasiun Bogor ini, saluran yang ditemukan memiliki seperti ruang yang mirip bak kontrol dengan lebar dua meter, panjang sepuluh meter dan tinggi sekitar 1 meter.

Sementara itu, Kepala Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub Supandi mengatakan dugaan tersebut bisa jadi benar karena kejadian serupa pernah terjadi di Bekasi.

“Bisa jadi, biasanya zaman belanda stasiun dilengkapi dengan saluran air, kayak di Stasiun Bekasi saat dibongkar ditemukan semacam saluran air gini mengarah ke sungai tapi sudah tak berfungsi,” katanya. (ded/c)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler