Terpaksa Nikmati Malam Lebaran di Laut

Minggu, 19 Agustus 2012 – 02:07 WIB
SAMPIT – Tradisi berlebaran di kampung halaman sudah mendarah daging bagi masyarakat muslim di Indonesia. Berbagai cara dilakukan asalkan bisa mudik saat lebaran. Pun seperti sebagian pemudik dari Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Provinsi Kalteng, yang menggunakan kapal laut rela melalui malam lebaran di laut karena lamanya perjalanan.

Sabtu(18/8) memang masih ada satu kapal yang bertolak dari Pelabuhan Sampit menuju Surabaya yakni Kapal Motor (KM) Kirana I. Kapal tersebut merupakan kapal terakhir yang berangkat melalui pelabuhan tersebut pada musim mudik lebaran Idulfitri 1433 Hijriyah ini.

Penumpang yang berangkat kemarin rata-rata adalah penumpang yang tidak sempat mendapatkan tiket pada keberangkatan kapal lainnya hari-hari sebelumnya. Tidak heran jika mereka pun takut ketinggalan kapal sehingga ada yang memilih datang ke pelabuhan sejak Jumat(17/8) pagi.

Meski begitu ada juga penumpang yang memang memilih berangkat menggunakan kapal terakhir tersebut. Mereka beralasan biasanya jumlah penumpang di kapal yang berangkat terakhir tersebut lebih sedikit sehingga mereka tidak perlu berdesakan dengan ribuan penumpang lainnya seperti yang terjadi pada keberangkatan kapal sehari sebelumnya.

Ternyata benar, KM Kirana I kemarin terlihat sangat lengang pasalnya hanya mengangkut sekitar 170 pemudik. Kondisi ini tentu membuat pemudik di kapal terakhir tersebut merasa nyaman karena tidak harus berdesakan.

Namun di sisi lain, pemudik yang umumnya merupakan karyawan perkebunan besar swasta (PBS) kelapa sawit tersebut harus mengorbankan kumpul-kumpul bersama keluarga saat merayakan kemenangan di malam lebaran. Mereka harus merayakan malam lebaran di tengah laut karena kapal yang membawa mereka akan tiba hari ini(19/8), sekitar pukul 09.00 WIB.

“Ya, terpaksa saya harus merayakan malam lebaran di kapal sendirian. Kalau berangkatnya pagi ini (kemarin, red), besok pagi baru sampainya. Itupun saya harus menempuh perjalanan lagi beberapa jam ke Kediri sehingga siang hari baru bisa berkumpul bersama keluarga,” kata Joko, salah seorang karyawan swasta.

Joni, penumpang lainnya mencoba menghibur diri dengan beralasan bahwa yang penting dirinya bisa di rumah dan berkumpul dengan keluarga saat hari lebaran besok. Dia mengaku sudah terbiasa jika harus mudik lebaran tepat sehari sebelum lebaran sehingga harus melalui malam takbiran di kapal dan di tengah laut.

“Sudah biasa seperti ini, tapi sebelumnya sempat mau pulang lebih awal juga tapi ternyata sulit dapat tiket. Ya dinikmati saja, yang penting pas lebaran dan sebelum salat Idulfitri saya sudah tiba di rumah,” ucapnya seraya tersenyum.

Kepala Operasi PT Dharma Lautan Utama (DLU) Cabang Sampit Simanjuntak menyebutkan, KM Kirana I yang bertolak dari Pelabuhan Sampit kemarin merupakan kapal terakhir yang mengangkut penumpang dalam arus mudik tahun ini. Sedikitnya jumlah penumpang membuat pihaknya merugi lantaran biaya mendatangkan kapal yang cukup besar. “Kalau dibilang rugi, ya jelas kami rugi karena tidak sesuai kapasitas kapal sebanyak 850 orang,” katanya.

Keberangkatan kapal KM Kirana I kemarin sekaligus sebagai penutup arus mudik lebaran tahun ini. Total jumlah pemudik melalui jalur laut dari Pelabuhan Sampit sejak awal Ramadan hingga kemarin mencapai 30 ribu lebih yang diangkut dengan kapal milik PT Pelni dan PT DLU.

Jumlah pemudik tahun ini tidak jauh berbeda dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 31.496 orang. Jumlah ini tidak sesuai perkiraan karena sebelumnya pihak Administrator Pelabuhan (Apel) Sampit memprediksi jumlah penumpang akan meningkat tajam dibanding saat musim mudik lebaran tahun lalu. (ign)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 269 Meriam Karbit Bersahutan di Kota Khatulistiwa

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler