Terpenting Sekolah, Balapan untuk Fun

Jumat, 30 November 2012 – 19:17 WIB
Mika Hakkinen menjelang start Drive of a Lifetime di Sirkuit Sentul (30/11).Foto:Agus Wahyudi/Jawa Pos
MIKA Hakkinen, juara dunia Formula 1 1998 dan 1999, dikenal sebagai family man. Menyatakan akan beristirahat (sabbatical) pada 2001, nyatanya dia pergi dari Formula 1 untuk selamanya. Dalam biografinya, itu dia lakukan karena ingin memberikan lebih banyak waktu kepada keluarganya.

Kecintaan pada dunia balap tidak mampu mengalahkan cintanya pada keluarga. Padahal, sebelumnya dia siap kalaupun harus bertaruh nyawa di lintasan. Pada 1995, musim kedua bersama McLaren-Mercedes, dia mengalami kecelakaan hebat di Adelaide, Australia. Kepalanya bersimbah darah karena tengkoraknya retak. Nyawanya terancam. Kalaupun pulih, dia diprediksi mengalami kecacatan.

Semangat pantang menyerah Hakkinen membuatnya mampu mengalahkan cedera itu. Dalam setahun dia pulih untuk kembali berlomba di lintasan. Puncaknya, dia berhasil menjadi world champion pada 1998 dan 1999. Yang dia kalahkan adalah Michael Schumacher bersama Ferrari.

Dalam rangkaian kampanye responsible drinking yang diselenggarakan Johnnie Walker di Jakarta, Jawa Pos mendapatkan kesempatan mewawancara Hakkinen secara eksklusif. Semua pertanyaan dijawab dengan lugas dan tuntas oleh pembalap asal Finlandia itu.

Khususnya tentang putra pertamanya Hugo Hakkinen yang kini mulai belajar balap. Hakkinen memiliki tiga anak. Dua dari pernikahannya dengan Erja Honkanen dan satu dari kekasihnya, Marketa Remesova.

Berikut petikan wawancara wartawan Jawa Pos Nanang Prianto dengan Hakkinen di Jakarta kemarin (29/11).

Ini kali kesekian Anda ke Indonesia. Apa kesan Anda? Semakin menyenangkan?
Ya, beberapa kali saya datang ke Indonesia. Kali pertama pada 1993, sekitar 20 tahun lalu. Sebelum-sebelumnya saya hanya di Bali. Itu tempat yang sangat menyenangkan. Pulau yang sangat indah.

Namun, tidak bisa dibandingkan dengan Jakarta. Kota ini adalah pusat bisnis, semua terasa sangat sibuk. Bali, walaupun juga ada bisnis, pada dasarnya mereka adalah tempat wisata, berlibur, sehingga hampir selalu terasa menyenangkan.
 
Saking senangnya di Bali, kabarnya Anda pernah tinggal di sana cukup lama untuk memulihkan kondisi setelah kecelakaan hebat di Australia pada 1995?

Ya, saya di sana untuk menjalani program fitness. Untuk mengembalikan kondisi fisik saya setelah mengalami kecelakaan hebat di Australia. Suasananya menyenangkan, pas untuk recovery.
 
Anda berkeliling ke lebih dari 30 negara untuk mengampanyekan responsible drinking. Apa yang memotivasi Anda?

Ketika Johnnie Walker menawari saya untuk menjadi duta program ini, saya tahu bahwa ini program yang menarik. Bisa ke berbagai negara untuk mengajak semua orang menyelamatkan nyawa diri sendiri dan orang lain dengan tidak menyetir dalam kondisi mabuk adalah satu yang menurut saya sangat berkesan.
 
Di mana Anda merasakan kesan paling mendalam saat mengampanyekan responsible drinking?

Semua memiliki kesan sendiri-sendiri, semua menyenangkan. Sulit untuk memilih satu yang paling berkesan. Tapi, ehm.. (mengernyitkan dahi), saya rasa Bogota di Kolombia adalah yang paling unik. Di sana ada sirkuit yang dekat pusat kota. Saat ada balapan, suasananya sangat hidup, mirip di Monte Carlo.
 
Selanjutnya tentang Formula 1 saat ini. Musim ini adalah salah satu yang paling seru dalam sejarah. Tujuh pemenang dalam tujuh lomba pertama. Persaingan juara pun berlanjut sampai seri terakhir. Komentar Anda?

Ya, seperti Anda bilang, musim ini adalah salah satu musim Formula 1 yang paling menarik. Persaingan perebutan gelar juara berlangsung sengit sepanjang tahun. Sesuatu yang luar biasa bagi para fans.

Namun, itu tidak begitu menyenangkan bagi para pembalap, terutama secara psikologi. Saya pernah merasakan betapa berat beban para pembalap saat harus bertarung sampai lomba pemungkas dalam perebutan gelar juara dunia. Pada 1999 saya baru menjadi juara dunia setelah memenangi lomba terakhir. Jadi, saya bisa merasakan betapa berat siksaan itu.
 
Apa yang membuat lomba ini jauh lebih seru daripada musim-musim sebelumnya?

Pertama, juara dunia yang berlomba musim ini begitu banyak. Sebagai juara dunia, mereka punya konfidensi yang sangat tinggi. Tidak perlu ada pembuktian lagi. Mereka bisa menampilkan kemampuan terbaiknya. Selain itu, para juara itu tahu bagaimana cara untuk merebut kemenangan. Kedua, FIA membuat serangkaian aturan yang membuat balapan semakin seru.
 
Untuk musim depan, apakah seseru musim ini?

Terlalu awal untuk menilai. Namun, saya yakin, apa yang terjadi musim ini akan terulang. Tidak banyak perubahan yang dilakukan FIA.
 
Tentang mantan tim Anda, McLaren, tidak ada lagi Lewis Hamilton. Sergio Perez yang menggantikan dia akankah mampu tampil layaknya pembalap tim sebesar McLaren?

Dia pembalap muda yang tidak punya begitu banyak pengalaman. Sebenarnya, bukanlah sesuatu yang sulit untuk bergabung dengan tim besar. Namun, bagaimana besarnya tekanan yang akan dia rasakan di McLaren, itu cerita lain. Apalagi dia akan berduet dengan seorang juara dunia seperti Jenson Button. Sergio akan merasakan beban yang sangat berat untuk mengimbangi kecepatan Jenson. Sergio harus banyak belajar dari Jenson. Bakat dan kecepatan saja tidak cukup untuk menjadi pemenang.

Apa yang terjadi dengan McLaren musim ini? Punya salah satu mobil tercepat di F1, namun kehilangan banyak poin karena berbagai kesalahan dan masalah.

McLaren selalu melakukan sesuatu secara ekstrem sampai batas tertinggi kemampuan mereka. Itu tentu memiliki risiko. Kadang itu berujung dengan kegagalan.

Namun, itu tidak hanya dialami McLaren. Pada awal musim lalu Sebastian (Vettel, Red Bull-Renault) juga mengalami beberapa kali masalah. Namun, dia bisa bangkit dan akhirnya menjadi juara dunia.
 
Siapa yang akan dominan musim depan?

Sulit menjawabnya, saya bisa menjawabnya dengan tepat pada akhir musim depan, hahaha... Tetapi, semua bergantung bagaimana setiap tim belajar dan menganalisis apa yang terjadi musim lalu.
 
Pertanyaan terakhir, putra pertama Anda, Hugo (12 tahun), tahun ini tampil di kejuaraan karting di Italia. Kapan kira-kira dia tampil di Formula 1?

Tidak sejauh itu, di karting dia hanya bersenang-senang. Mencoba mengenal motor sport."Untuk anak seusia dia, sepuluh atau sebelas tahun, sangat sulit untuk menemukan pembagian waktu yang pas antara balapan dan sekolah. Balapan dan sekolah sama-sama menyita waktu. Bagi saya, Hugo tidak boleh kehilangan waktu untuk sekolah. Balapan untuk fun saja, yang terpenting adalah sekolah.
 
Oke. Terima kasih waktunya.

Sama-sama. (*)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Membela Timnas Adalah Mimpi Saya

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler