Tersangka Jalani Dua Rekonstruksi Sekaligus

Minggu, 26 Februari 2012 – 09:26 WIB

NGANJUK - Satu per satu korban dari kebiadapan Mujianto terus melapor ke polisi. Hingga kemarin tercatat korban aksi kejahatan pemuda asal Desa Jatikapur, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri itu mencapai 23 orang. Lima di antaranya meninggal dunia.

Korban terakhir yang melapor adalah Ismail, 25, pemuda asal Desa Pabean, Kecamatan Gringu, Kabupaten Probolinggo. Dia datang sendiri melapor ke Posko Pengaduan Korban Mujianto di Mapolres Nganjuk Jumat (24/2) lalu, sekitar pukul 13.00.

Ismail mengaku telah menjadi korban pencurian, setelah sebelumnya sempat diracuni oleh Mujianto. "Modusnya mirip korban-korban Mujianto sebelumnya," ujar Kapolres Nganjuk AKBP Anggoro Sukartono.

Menurut Anggoro, berdasarkan laporan, Ismail dibuang setelah diracuni di Desa Joho, Kecamatan Pace pada 18 Agustus 2011 lalu.

Ismail dititipkan di rumah Boniran, 53, salah satu warga setempat. Ketika itu, keadaan Ismail setengah sadar dan muntah-muntah. "Setelah dititipkan ke pemilik rumah, Mujianto lalu pergi," sambung Anggoro.

Sebelumnya, Ismail dijemput Mujianto di Terminal Nganjuk. Dia dibonceng mengendarai Honda Supra X 125 bernopol AG 2001 WK dan diajak untuk berkeliling kota.

Namun, korban masih belum mengakui jika dia sempat diajak berhubungan badan dengan Mujianto. "Korban merasa malu karena dirinya gay," lanjut Anggoro.

Dalam aksinya itu, lanjut Anggoro, Mujianto meracik dan membubuhi racun tikus dalam teh yang diminum Ismail.
Aksi itu dilakukannya ketika mereka berdua singgah di sebuah warung makan di lingkungan terminal Nganjuk. "Kami akan konfrontasi keterangan korban dengan keterangan Mujianto," lanjut Anggoro.

Sampai saat ini polisi juga masih terus membuka posko pengaduan bagi masyarakat yang pernah menjadi korban kejahatan Mujianto.  Karena polisi menduga masih banyak korban belum melapor karena berbagai alas an. Di antaranya malu. Sementara, proses penyidikan terhadap kasus Mujianto terus berlanjut.

Tim penyidik menggelar dua rekonstruksi sekaligus atas dua korban Mujianto yang tewas, Sabtu (25/2). Masing-masing Ahyani, 42, asal Desa Tokelan, Kecamatan Panji, Situbondo dengan TKP pembuangan di Desa Getas, Tanjunganom.
Satu lagi Mr. X yang dibuang di Dusun Banaran, Desa Watudandang, Kecamatan Prambon.

Petugas lebih dulu menggelar rekonstruksi di Desa Getas, Tanjunganom, sekitar pukul 09.00. Mujianto yang dihadirkan langsung memperagakan 21 adegan sekaligus. Mulai penjemputan korban di Perempatan Jalan Mastrip, makan siang di warung Desa Kedungombo, Pace, hingga pembuangan di rumah Sumarji, 65, di Desa Getas, Kecamatan Tanjunganom. "Mujianto masih mengingat detil-detil aksinya tersebut," ujar Anggoro.

Ada peristiwa mengejutkan di tengah-tengah rekonstruksi di Desa Getas. Hariono, 25, salah satu anak Sumarji tiba-tiba menerobos kerumunan massa dan mendekati Mujianto.

Dengan ekspresi marah, dia berniat memukul Mujianto. Untungnya, petugas buru-buru mencegah dan mengamankannya. "Saya tidak terima, ibu saya jadi sakit-sakitan setelah kejadian ini," ujarnya.

Sedangkan rekonstruksi ke dua dilakukan petugas dari Polsek Prambon, yakni dengan korban Mr X dengan TKP pembuangan korban di Desa Watudandang, Kecamatan Prambon. Hingga saat ini, identitas Mr X itu masih belum terungkap.

Ada yang berbeda dalam dua rekonstruksi. Jika biasanya wajah Mujianto selalu tertutup, dia tidak menggunakan penutup wajah. Sehingga warga bisa melihat wajah Mujianto. "Oh.., ternyata itu ya orangnya. Masih kecil," kata seorang warga.(c3/fa/jpnn/bh)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi : Kami Mau Bersaing Sehat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler