JAKARTA - Direktur Program di The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) Adinda Tenriangke Muchtar mengatakan konvensi calon presiden (Capres) Partai Demokrat (PD) harus digelar terbuka. Langkah ini dilakukan untuk menghasilkan Capres yang berkualitas dan bisa diterima oleh semua kader partai berlambang mercy itu.
Adinda meyakini hanya dengan secara terbuka, Capres yang dihasilkan konvensi PD akan bisa mengimbangi elektabilitas Joko Widodo yang paling tinggi. Dengan terbuka kata dia, media juga akan ikut berkotribusi mengkatrol capres PD dengan masifnya pemberitaan.
Tapi kalau konvensi PD digelar secara tertutup, Adinda menilai, agak sulit calon yang berkualitas keluar sebagai pemenang. Apalagi politik uang sangat rentan terjadi di partai politik pada setiap acara-acara pemilihan. "Secara pencalonan saya pikir sih, cukup promising ya. Tapi bagaimana proses sebenarnya, nanti dulu. Karena kita belum tahu," kata Adinda di Jakarta, Senin (10/6).
Adinda menjelaskan meskipun tingkat keterpilihan Jokowi paling tinggi, namun bukan berarti tak ada yang menolak mencalonkan diri sebagai presiden. Alasannya, Jokowi harus menuntaskan tanggung jawabnya memimpin Jakarta hingga 2017.
"Dia punya tanggung jawab secara moral kepada pemilihnya. Bayangkan saja dia baru terpilih di Jakarta. Tapi saya pikir, dia calon yang cukup kuat dari yang mewakili partai politik ya. Yang lain juga cukup bagus, yang dari independen. Makanya tergantung konvensi Demokrat," sambung Dinda.
Sebelumnya, Board of Advisor CSIS, Jeffrie Geovanie mengatakan kalau pemilihan presiden RI digelar hari ini, dipastikan Jokowi akan terpilih sebagai presiden dengan suara mutlak di atas 60 persen, siapa pun lawannya. Namun, karena pilpres baru akan digelar tahun 2014 mendatang, kepastian bahwa mantan Walikota Solo itu akan tampil sebagai pemenang, terpaksa harus bersabar dulu.
Menurut Jeffrie, waktu satu tahun ke depan ini akan sangat bergantung pada keberhasilan konvensi capres Partai Demokrat. Bila berjalan sangat demokratis dan diikuti calon-calon presiden dari generasi baru seperti Gita Wirjawan, Mahfud MD, Marzuki Ali, Irman Gusman, Dino Pati Jalal, Chairul Tanjung, konvensi berarti melahirkan penantang baru yang bisa mengimbangi Jokowi.
"Tapi kalau tidak, maka 2014 yang akan datang, teka tekinya hanya siapa yang akan menjadi wakil presiden Indonesia berikutnya," pungkasnya. (awa/jpnn)
Adinda meyakini hanya dengan secara terbuka, Capres yang dihasilkan konvensi PD akan bisa mengimbangi elektabilitas Joko Widodo yang paling tinggi. Dengan terbuka kata dia, media juga akan ikut berkotribusi mengkatrol capres PD dengan masifnya pemberitaan.
Tapi kalau konvensi PD digelar secara tertutup, Adinda menilai, agak sulit calon yang berkualitas keluar sebagai pemenang. Apalagi politik uang sangat rentan terjadi di partai politik pada setiap acara-acara pemilihan. "Secara pencalonan saya pikir sih, cukup promising ya. Tapi bagaimana proses sebenarnya, nanti dulu. Karena kita belum tahu," kata Adinda di Jakarta, Senin (10/6).
Adinda menjelaskan meskipun tingkat keterpilihan Jokowi paling tinggi, namun bukan berarti tak ada yang menolak mencalonkan diri sebagai presiden. Alasannya, Jokowi harus menuntaskan tanggung jawabnya memimpin Jakarta hingga 2017.
"Dia punya tanggung jawab secara moral kepada pemilihnya. Bayangkan saja dia baru terpilih di Jakarta. Tapi saya pikir, dia calon yang cukup kuat dari yang mewakili partai politik ya. Yang lain juga cukup bagus, yang dari independen. Makanya tergantung konvensi Demokrat," sambung Dinda.
Sebelumnya, Board of Advisor CSIS, Jeffrie Geovanie mengatakan kalau pemilihan presiden RI digelar hari ini, dipastikan Jokowi akan terpilih sebagai presiden dengan suara mutlak di atas 60 persen, siapa pun lawannya. Namun, karena pilpres baru akan digelar tahun 2014 mendatang, kepastian bahwa mantan Walikota Solo itu akan tampil sebagai pemenang, terpaksa harus bersabar dulu.
Menurut Jeffrie, waktu satu tahun ke depan ini akan sangat bergantung pada keberhasilan konvensi capres Partai Demokrat. Bila berjalan sangat demokratis dan diikuti calon-calon presiden dari generasi baru seperti Gita Wirjawan, Mahfud MD, Marzuki Ali, Irman Gusman, Dino Pati Jalal, Chairul Tanjung, konvensi berarti melahirkan penantang baru yang bisa mengimbangi Jokowi.
"Tapi kalau tidak, maka 2014 yang akan datang, teka tekinya hanya siapa yang akan menjadi wakil presiden Indonesia berikutnya," pungkasnya. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Capres PD jadi Saingan Berat Jokowi di Pilpres 2014
Redaktur : Tim Redaksi