Terumbu Karang di Kalsel Rusak Berat

Senin, 17 Desember 2012 – 10:08 WIB
BANJARMASIN – Terumbu karang Kalsel memang sangat memprihatinkan. Rusak berat, menghitam dan tak lagi menjadi tempat ikan mencari makan. Dua bupati di dua kabupaten yang memiliki zona terumbu karang terbaik di Kalsel, yaitu Tanah Bumbu dan Kotabaru akan dipanggil untuk dimintai komitmen menjaga terumbu karang dari “ancaman” Pelsus dan aktivitas tambang.
 
Diprediksi sekitar 530 hektare areal terumbu karang di pesisir laut Kalsel sudah rusak berat akibat sedimentasi dari aktivitas pelabuhan khusus dan pencucian tongkang batubara di laut.
 
Keadaan seperti ini sudah terjadi di Teluk Bunati, di kabupaten Tanah Bumbu, yang ternyata masuk dalam kawasan segitiga terumbu karang terbaik dunia. Selain di Tanah Bumbu, terumbu karang yang indah juga terdapat di kabupaten Kotabaru. Khususnya di daerah Pulau Laut Barat dan Pulau Kunyit, Pulau Laut Selatan dan Tanjung Seloka.

“Di akhir tahun ini kita akan coba panggil bupati Tanah Bumbu dan Kotabaru ke DPRD Kalsel. Kita minta mereka langsung datang dan menyatakan komitmen secara resmi untuk menjaga terumbu karang yang tersisa,” kata Ketua Pansus Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Pengawasan Terumbu Karang DPRD Kalsel, Rahmat Nopliardy.
 
Kerusakan terumbu karang yang kabarnya tak kalah dengan terumbu karang di Bunaken ini memang sangat disayangkan, mengingat untuk memperbaiki satu terumbu karang membutuhkan waktu hingga 40 tahun lamanya.
 
“Kalau sampai 50 persen terumbu karang kita rusak, wah lama sekali memperbaikinya. Makanya kita minta kepala daerah langsung datang dan berkomitmen menjaga terumbu karang ini,” ujar politisi PAN itu.

Lalu bagaimana jika dua kepala daerah ini menolak atau tak hadir ke DPRD Kalsel? Jika itu terjadi, kata Rahmat, berarti kepala daerah yang bersangkutan patut dicurigai ada “kongkalingkong” dengan pengusaha Pelsus. Secara moral, perilaku tak mengindahkan menjaga terumbu karang di daerah sendiri adalah kesalahan.
 
“Berat sama saja membiarkan masyarakat pesisir kesusahan, karena tangkapan ikan akan terus berkurang akibat rusaknya terumbu karang sebagai tempat ikan berkembang biak dan mencari makan,” tutur dosen Fakultas Hukum Uniska ini.
 
Terumbu karang sendiri adalah sebuah ekosistem yang sering dijumpai di laut dangkal.

Manfaat terumbu karang sangat banyak untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Bukan hanya sebagai pemecah ombak dan menahan abrasi, namun menjadi tempat yang paling nyaman untuk biota laut berkembang biak mencari makan.

“Bayangkan, jika sudah rusak, sulit untuk memperbaikinya, bahkan berdasarkan informasi yang kami terima, terumbu karang memerlukan waktu hingga 10 tahun untuk bisa tumbuh hanya satu centi meter, ini harus diperhatikan,” tandasnya. (sip)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pendapatan Guci Ditarget Rp3 Miliar

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler