Terungkap, Ini Sebab Golkar Tak Usung Jokowi di Pilpres 2014

Minggu, 10 September 2017 – 16:21 WIB
Ketua Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie mengungkap alasan partainya tak mengusung Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014. Bahkan, Golkar di Pilpres 2014 sebagai salah satu kekuatan utama pengusung duet Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Menurut Aburizal, kala itu Golkar memang tidak tahu pasti program soal Nawacita yang ditawarkan Jokowi. Bahkan, Golkar menduga program Jokowi kala itu tak sejalan dengan keinginan rakyat ataupun partai berlambang beringin hitam itu.

BACA JUGA: Bamsoet Kelihatan Mengerikan, Padahal Aslinya Menyedapkan

"Partai Golkar dulu tidak mendukung Presiden Jokowi, kita mendukung pada Pilpres 2014 Pak Prabowo. Pada waktu itu kita belum tahu (program Jokowi," kata Ical -panggilan akrab Aburizal- pada pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) di Jakarta, Sabtu (9/9) malam.

Setelah Jokowi terpilih, sambung Ical, akhirnya Golkar sadar bahwa ternyata banyak program mantan gubernur DKI itu yang sejalan dengan cita-cita partai runner up Pemilu 2014 itu bagi rakyat Indonesia. Akhirnya, Golkar pun berbalik sikap dan mendukung pemerintahan Jokowi.

BACA JUGA: Rizal Ramli Sarankan Bamsoet Ambil Alih Posisi Ketum Golkar

Bahkan Golkar sudah memutuskan untuk mengusung Jokowi pada Pilpres 2019. Menurut Ical, Nawacita justru sejalan dengan visi Golkar.

"Sekarang kita mengetahui banyak sekali di dalam Nawacita yang sama dengan apa yang dilakukan Golkar. Visi negara kesejahteraan tahun 2045," tegas mantan Ketua Umum Partai Golkar itu.

BACA JUGA: Idrus Marham Pastikan Golkar Tak Setuju Ide Pembekuan KPK

Sedangkan Wakil Ketua Dewan Kehormata Partai Golkar Akbar Tanjung mengatakan, partainya kini harus menggenjot konsolidasi. Sebab, ada dua hajatan besar dalam waktu yang relatif berdekatan.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tanjung. Foto: dokumen JPNN.Com

Pada 2018 akan ada pilkada serentak di 171 daerah. Sedangkan pada 2019 akan ada pemilu legislatif dan pemilu presiden yang digelar bersamaan.

"Pilkada 2018, Pileg dan Pilpres 2019. Mari kita konsolidasikan seluruh potensi. Seluruh stakeholder partai mempersiapkan diri agar Pilkada 2018 memenangkan calon kita sebagaimana kita memenangkan calon kita waktu lalu," papar dia.

Untuk Pileg 2019, kata Akbar, Golkar harus tetap masuk dalam dua besar peraih suara terbanyak. “Syukur-syukur kembali menjadi pemenang," sambung mantan ketua umum Golkar itu.(nia/jpg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Minta BPN Cekatan soal Sertifikasi Tanah


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler