Terungkap! Larasati Dibunuh karena Teriak Saat Hendak Diperkosa

Selasa, 11 Oktober 2016 – 20:31 WIB
Ilustrasi. Foto: pixabay

jpnn.com - BATUBARA – Misteri tewasnya Kori Larasati, 16, gadis cantik, yang ditemukan di parit kebun sawit milik keluarganya terungkap sudah. 

Ternyata, pelakunya adalah Angri Pradana S, 23, warga Dusun VI, Desa Serdang II, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan. Angri nekat membunuh Kori karena berteriak saat hendak diperkosa. 

BACA JUGA: Hiks, Aa Gatot Menangis...

Angri menuturkan, kejadian itu terjadi Minggu (13/8) siang. Saat itu, Angri sedang memancing di sungai kecil, tak jauh dari perladangan di Dusun III, Desa Suka Ramai, Kecamatan Sei Balai, Batubara, Asahan, Sumut. 

Saat asyik memancing, ia melihat Kori tengah mengembalakan kambing. Saat itu, Kori hanya seorang diri. Niat jahat langsung muncul di benak Angri.

BACA JUGA: Heboh! Pria Misterius Siram Air Keras ke Pelari Maraton

Pemuda yang sehari-harinya tinggal bersama kakeknya Samidi, di Dusun Penampungan, Desa Rawa Masin, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun, ini kemudian langsung mendekati korban lalu hendak memperkosanya.

Rupanya, Kori ketakutan. Putri pasangan Supomo, 42, dan Irfa Yustika alias Tika, 40, ini kemudian berusaha melawan. Kori berteriak sekuatnya.

BACA JUGA: Bertamu Kok Mindik-Mindik ke Kandang Ayam...Bonyok deh

Melihat sikap korban, Angri panik. Pelaku lalu mencekik leher korban hingga kehabisan nafas. Seketika korban meninggal.
Angri kemudian mengangkat tubuh korban dan membuangnya di sungai kecil, batas lahan antara kebun milik orangtua korban dengan kebun sawit milik warga bernama Saiful masih di Dusun III, Desa Suka Ramai, Kecamatan Sei Balai, Batubara. Kemudian, Angri melarikan diri ke rumah orangtuanya di Meranti, Kabupaten Asahan.

Lalu, Angri menyerahkan diri ke Polsek Labuhan Ruku, Kamis (6/10) dini hari sekira pukul 02.00 WIB.

“Saat ini, tersangka (Angri Pradana) sudah diamankan di Polsek Labuhan Ruku untuk menjalani proses lebih lanjut,” terang Kapolsek Labuhan Ruku AKP Irsol, seperti diberitakan Metro Asahan (Jawa Pos Group), Senin (10/10).

Sebelumnya diberitakan, Kori Larasati, pada Minggu (13/8), siang sekira pukul 14.00 WIB, diketahui pergi seorang diri mengembalakan kambing ke areal perkebunan milik orangtuanya di Desa Suka Ramai, Kecamatan Sei Balai, Batubara. Jaraknya, lebih kurang 800 meter dari rumah mereka.

Tapi sekira pukul 16.30 WIB, kambing yang diangon korban pulang sendiri ke kandang. Sementara Kori Larasati tidak kelihatan. Ditunggu hingga pukul 17.00 WIB, tak kunjung pulang.

Supomo, orangtua korban pun mulai resah. Supomo lalu mencari sendiri putrinya di sekitar kebun sawit dan sawah, tempat biasa pengembalaan kambing. Tapi tak ketemu. Kemudian sekira pukul 18.00 WIB, Supomo menemui uwak (paman) korban Suwardi dan memberitahukan jika Kori Larasati belum pulang ke rumah.

Kemudian Suwardi meminta bantuan warga agar ikut melakukan pencarian. Suasana pada Minggu malam di Desa Suka Ramai itu pun mendadak heboh. 

“Satu kampung ikut melakukan pencarian,” ujar Supomo.

Hingga malam sekira pukul 22.50 WIB, karena pencarian tidak membuahkan hasil mereka sempat pasrah. Tapi di tengah kebingungan itu, muncul Anwar, yang tak lain adalah guru SMA-nya korban.

Anwar yang pada malam itu juga ikut melakukan pencarian korban mengaku ada melihat sendal di sekitar parit yang menjadi batas lahan antara kebun sawit Supomo dengan kebun sawit milik warga bernama Saiful. Berbekal penemuan sendal itu, Supomo, Uwak korban Suwardi bersama-sama dengan warga lainnya melanjutkan pencarian ke lokasi dimaksud.

Lalu, sekira pukul 22.50 WIB, Suwardi pun menemukan sepasang sendal yang dimaksud Anwar. Dan, beberapa meter dari lokasi penemuan sendal itu Suwardi menemukan Kori Larasati.

Suwardi pun berteriak histeris saat melihat tubuh keponakannya itu penuh luka dan sudah tidak bernyawa. Setelah ditemukan, jasad korban langsung dibawa ke rumah duka. Pihak kepolisian yang mendengar peristiwa tersebut sempat menawarkan agar jasad korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Pematangsiantar, untuk keperluan otopsi. Namun pihak keluarga menolak dan otopsi terhadap tubuh korban urung dilakukan.

Keluarganya menolak dilakukan otopsi terhadap jasad korban karena ketiadaan biaya. Sehingga jasad korban hanya divisum luar di RSUD Batubara.

“Selain tak tega, biayanya juga besar,” kata ayah korban.Pihak keluarga korban mengaku sudah iklas dengan kejadian itu, tapi tetap berharap agar penegak hukum mengusut dan memperjelas motif kematian korban. (wan/dro/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Cari Gudang Produksi Permen Narkoba


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler