TERUNGKAP: Ukuran Kemaluan Hitler Sangat Kecil, Penjelasan Ilmiahnya...

Senin, 29 Februari 2016 – 09:45 WIB
Adolf Hitler.

jpnn.com - MENURUT beberapa sejarawan,  pemimpin Nazi Adolf Hitler bukan hanya memiliki gangguan pada testisnya, juga memiliki gangguan genital lainnya, termasuk mikropenis. Kelainan pada organ genital Hilter tersebut diungkap oleh dua sejarawan. Mereka adalah Jonathan Mayo dan Emma Carige.

Kelainan pemimpin Nazi itu mereka tuangkan dalam buku mereka yang berjudul Hitler’s Last Day: Minute by Minute.

BACA JUGA: Gadis ini Lolos dari Tragedi Pembunuhan di Jamuan Malam

Mereka menemukan bukti bahwa Hitler diyakini mengidap dua kelainan alat kelamin yaitu hanya memiliki satu buah zakar dan kondisi langka yang disebut penile hipospadia yaitu kondisi di mana uretra terbuka di bagian bawah kemaluannya. 

Hal itu mereka ketahui setelah membaca catatan medis Hitler. Karena kedua kelainan tersebut, kemungkinan Hitler mengalami mikropenis atau ukuran mr p-nya yang terlalu kecil akibat gangguan hormon testosteron. Kedua kelainan itu juga membuat Hitler kesulitan untuk buang air kecil.

BACA JUGA: Tragedi Jamuan Malam, Pria Bunuh 14 Anggota Keluarga

Menurut Dr.Andrew Kramer, ahli urologi, hipospadia dan mikropenis memang sering terjadi bersamaan.

Normalnya, ketika janin laki-laki terbentuk di rahim, sel yang membentuk uretra (saluran yang membuang urine dan cairan mani keluar dari tubuh pria) berpindah dari perut ke depan yang akhirnya menjadi mr p.

BACA JUGA: Gelisah, Swiss Tentukan Nasib Migran Lewat Referendum

“Testosteron mendorong perpindahan tersebut. Jika saat perkembangan janin kekurangan testosteron, bagian lubang uretra mungkin tidak bisa berpindah ke ujung kemaluannya. Akibatnya mungkin malah terbentuk di batang atau bawah mr p,” kata Kramer.

Pria yang memiliki gangguan seperti itu biasanya harus buang air kecil dalam posisi duduk. Mereka juga kesulitan melakukan senggama.

Selain itu, testosteron juga berperan dalam perkembangan mr p secara umum dan membantu testis jatuh ke kantung skrotum. Bila kekurangan hormon ini saat perkembangan, maka janin akan membentuk kemaluan yang kecil dan ada satu atau kedua testis yang tidak turun.

“Ini adalah kondisi yang kompleks dan terjadi bersamaan akibat kekurangan testosteron pada titik kritis dalam perkembangan janin,” kata Kramer.

Kedokteran modern sudah bisa membantu bayi yang lahir dengan kondisi tersebut. Tapi tentu saja dokter di zaman Hitler (1889 – 1945) belum bisa melakukannya.

Sayangnya memang tidak mungkin memastikan apakah Hitler memang menderita hipospadia atau mikropenis. Walau begitu, menurut Kramer tak mengejutkan jika Hilter memiliki kadar testosteron yang rendah. Itu terlihat dari wajah Hilter yang bersih dari rambut, kecuali kumis kecilnya.

Hitler juga memiliki perawakan yang kecil dan tidak diketahui apakah pernah menjalin hubungan romantis. Bukan hanya itu, menurut catatan medis Hilter diketahui mendapatkan suntikan hormon untuk mendongkrak libidonya. (livescience/ps/mas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penduduk Jepang Susut 1 Juta, Kini Didominasi Orang Tua


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler