Seorang peneliti di Australia Barat telah menemukan cara untuk menguji kondisi metabolisme pada sapi perah dengan menggunakan tes darah sederhana yang biasa dilakukan manusia.

Petugas penyuluhan penelitian di peternakan ‘Western Dairy’, Jess Andony, telah menemukan bahwa tes darah yang dilakukan di peternakan adalah metode yang akurat dan efektif untuk menguji ketosis sub-klinis pada sapi perah.

BACA JUGA: Kafe Kucing Baru di Sydney Ini Tampung Puluhan Kucing Terlantar

Ketosis adalah kondisi metabolisme yang dapat mengurangi produksi dan kesuburan sapi perah.


Sapi perah sedang diambil susunya di peternakan Tutunup, Australia Barat.

BACA JUGA: Peneliti Australia Bantu Museum Agar Lebih Bisa Diakses Tuna Netra

Ketosis dalam tahap sub-klinis biasanya sangat sulit untuk dideteksi, selain adanya gejala penurunan produksi susu.

Jika kondisi ini tak diobati, maka bisa menyebabkan penurunan berat badan dan bahkan kematian.

BACA JUGA: Penemuan Spesies Baru di Bawah Perairan Sungai Tamar di Tasmania

Dalam proyek penelitian yang diselesaikan selama kerjanya di Universitas Murdoch, Jess menemukan bahwa tes pemantauan glukosa darah sederhana- yang digunakan oleh orang-orang dengan diabetes- adalah metode deteksi yang cepat dan handal.

Ia mengatakan, para petani saat ini menggunakan susu, urin dan tes darah laboratorium untuk mencari ketosis, tetapi tes darah di yang langsung dilakukan di peternakan jauh lebih efisien.

"Tidak ada yang benar-benar akurat yang bisa memberi petani hasil langsung, itulah mengapa kami ingin melakukan proyek tersebut," sebutnya.

Ms Andony said the glucose test could use blood straight from cows and there was no need to send the sample off-farm for calibration.

Jess mengatakan, tes glukosa bisa menggunakan langsung darah dari sapi dan tak perlu mengirim sampel ke luar peternakan untuk kalibrasi.

"Kami benar-benar hanya mendapatkan setetes darah dari sapi, menghubungkannya ke mesin kecil dan menganalisa darah. Dan itu memberi hasil digital secara langsung," terangnya.

Jess mengatakan, ini adalah cara bagi para peternak untuk menghemat ongkos dalam pengujian ketosis.

Ia menuturkan, ini adalah tes yang cukup murah bagi para peternak, hanya menimbulkan biaya sekitar 50 dolar (atau setara Rp 500 ribu) untuk alat ukurnya dan sekitar 50 sen (sekitar Rp 6500) untuk setiap tes-nya.

Jess adalah salah satu pemenang penghargaan dalam program ‘Emerging Scientists 2015’ di Dairy Research Foundation.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Seorang Nenek Seludupkan Heroin Dari Kamboja Karena Berhutang Judi

Berita Terkait