Testing dan Tracing yang Terlambat Bakal Menimbulkan Kerugian Besar, Termasuk Buat Negara

Jumat, 27 November 2020 – 14:58 WIB
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengingatkan bahwa jika testing dan tracing terkait virus corona terlambat dilakukan, maka hal itu akan menimbulkan kerugian yang lebih besar.

Kerugian itu tidak akan terjadi apabila upaya pemeriksaan dan penelusuran dilakukan secara masif dan agresif.

BACA JUGA: Satgas Covid-19 Ingatkan Protokol 3M Jelang Libur Akhir Tahun

"Ini semuanya jauh lebih murah dibandingkan terlambat melakukan pemeriksaan," kata Doni saat memberikan sambutan pada kegiatan Swab Test ASN Unit Utama Tahap II serta ASN UPT Permasyarakatan dan WBP pada Lapas/Rutan se-Jabodetabek di Graha Pengayoman, Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia, Jakarta, Kamis (26/11).

Menurut Doni, kerugian tersebut tidak hanya dihitung dari sisi keselamatan jiwa manusia saja, melainkan juga keuangan negara yang kemudian dipakai untuk penanganan lebih lanjut, bagi mereka yang terlambat mendapatkan pemeriksaan.

BACA JUGA: Jokowi Puji Kinerja Satgas Penanganan Covid-19

BACA JUGA: Satgas di Daerah jadi Kunci Penanganan Pandemi Covid-19

"Baik menyangkut keselamatan jiwa manusia, termasuk juga yang bisa mengakibatkan sumber daya keuangan negara tersedot,” kata Doni.

Di sisi lain, meningkatnya jumlah pasien yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit juga menjadi ancaman bagi para tenaga medis.

Sebagaimana diketahui bahwa jumlah tenaga medis terbatas dan sudah banyak yang gugur akibat COVID-19.

"Angka pasien meningkat di rumah sakit, maka akan bisa mengakibatkan angka kematian dokter yang lebih tinggi," kata pria yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu.

Oleh sebab itu, Doni mengajak para masyarakat dan seluruh komponen agar mendukung penuh upaya memutus rantai penularan COVID-19 dengan disiplin menerapkan 3M.

Dia meminta agar dokter menjadi benteng terakhir sedangkan masyarakat adalah ujung tombak dalam perang melawan COVID-19.

“Dokter tidak boleh menjadi ujung tombak. Dokter harus menjadi benteng terakhir bangsa. Siapa yang menjadi ujung tombak? Kita semua,” tegas Doni. (danungarifin)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler