Tetap Berlatih meski Venue Diberondong Peluru

Jumat, 27 September 2013 – 07:00 WIB

DI tengah desingan peluru, pembinaan olahraga di Palestina dan Syria tetap berjalan. Bahkan, dua negara itu aktif mengirimkan delegasi atletnya ke event-event olahraga internasional. Seperti dalam Islamic Solidarity Games (ISG) III yang berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan, saat ini.
--------------
MUHAMMAD AMJAD, Palembang
------------
Tepuk tangan penonton membahana di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, Rabu (25/9) malam. Saat itu timnas sepak bola Palestina berhasil mengalahkan Indonesia 2-1.

Tepuk tangan penonton itu untuk mengapresiasi timnas Palestina yang ngotot dan pantang menyerah. Di tengah kecamuk perang, Palestina ternyata bisa meningkatkan level permainan mereka, melampaui capaian Indonesia yang nota bene negaranya relatif tenang dan lebih mapan secara ekonomi. Terlebih lagi, secara kompetisi dan finansial, Indonesia lebih baik dibanding negara Islam itu.

BACA JUGA: Maldini Terkenang Saat Selalu Numpang Mobil Radar Sulbar

Menurut Younis Hussam, manajer timnas Palestina, apa yang mereka tunjukkan di ISG kali ini bisa menggambarkan bagaimana mereka membangun sepak bola.

"Kami baru beberapa tahun mulai mengembangkan sepak bola. Hasil malam ini (Rabu malam, Red) merefleksikan bagaimana keseriusan kami mengembangkan sepak bola," katanya saat ditemui sebelum meninggalkan stadion.

BACA JUGA: Kollywood, Kawasan Industri Film India Pesaing Bollywood

Younis mengakui, sejatinya masih banyak masalah yang mengganggu program pembinaan federasi sepak bola Palestina. Salah satu yang amat merisaukan adalah perang melawan Israel. Padahal, lanjut dia, Palestina memiliki banyak bibit pemain bola yang tak kalah dengan negara lain.

"Pembinaan sepak bola kami memang terhambat. Tapi, kami tidak diam. Kami terus berusaha untuk maju meski okupasi yang terjadi di negara kami cukup mengganggu," ucap warga Ramallah tersebut.

BACA JUGA: Pasien Muslim jadi Tenang, Kunjungan Meningkat 75 Persen

Mereka memulai pembinaan dari usia dini. Kini mereka memiliki timnas U-14, U-16, U-19, U-21, dan U-23. Tim terakhir itulah yang diterjunkan dalam ISG III di Palembang. Mereka disaring dari kompetisi-kompetisi yang digelar di setiap provinsi.

Perang juga tidak menghalangi Palestina untuk terus membangun infrastruktur olahraga. "Kami punya lapangan bagus di setiap provinsi. Rata-rata dua lapangan dengan standar tinggi. Kalau lapangan kecil, di setiap distrik ada. Kami buat kompetisi, kami pantau mereka," ucapnya.

Meski dalam kondisi perang, para pesepak bola dan atlet cabang olahraga lain tetap rajin berlatih. Mereka seperti tidak menghiraukan kondisi yang dialami negaranya. Bahkan, ketika peluru memberondong tempatnya berlatih sekalipun.

"Kalau seperti itu, kami cepat-cepat bersembunyi untuk menyelamatkan diri," ujarnya.

Younis mengakui, secara finansial mereka amat kekurangan. Karena itu, mau tidak mau, para atlet harus berlatih dengan fasilitas seadanya.

"Untuk mengikuti ISG ini kami memang menggunakan uang negara. Tapi, jumlahnya tidak seberapa. Yang penting, kami bisa tampil di sini," kata Younis.

Sementara itu, Bader Makky, media manager of POC (Palestine Olympic Committee) menuturkan, keberangkatan kontingan Palestina ke ISG sebagai bagian dari perjuangan mereka mempertahankan harga diri bangsa. POC ingin menunjukkan bahwa sebagai negara yang berdaulat, Palestina tetap eksis.

"Kami berjuang melalui olahraga agar seluruh dunia tahu bahwa Palestina eksis sebagai negara berdaulat. Kami tidak akan menyerah dengan apa yang terjadi saat ini," terang Bader.

Bader menegaskan, perjuangan mereka membangun olahraga cukup berat. Pasalnya, sarana latihan untuk cabang-cabang olahraga di luar sepak bola belum banyak. Selain itu, kondisi keuangan negara yang terbatas menuntut mereka untuk bisa menyiasati latihan. Salah satunya program latihan bersama.

"Kami punya negara sahabat, yang membantu kami untuk mengembangkan olahraga. Karena itu, atlet kami tak hanya berlatih di dalam negeri. Banyak yang berlatih di luar negeri," ujarnya.

"Ada atlet kami yang berlatih bersama di Jordan, Mesir, Qatar, bahkan ke Norwegia. Tapi, mereka tetap atlet Palestina. Saat kami butuhkan, mereka akan bergabung dalam tim, seperti di ISG ini," tambahnya.

Bader mengakui bahwa negara-negara Islam menunjukkan solidaritasnya dengan memberikan bantuan untuk pembinaan olahraga. Hal itu membuat POC cukup terbantu untuk terus mengembangkan olahraga di Palestina.

"Kami tak menyerah dengan apa yang terjadi di negara kami. Justru kami semakin termotivasi untuk menunjukkan bahwa kami juga bisa bersaing di olahraga. Atlet-atlet kami adalah pejuang," tandasnya.

Berapa besar dana yang dikeluarkan POC untuk memberangkatkan atlet Palestina ke ISG" Bader tak mau menyebut nominalnya. Namun, dia memastikan jumlahnya tak sebesar anggaran yang dipersiapkan Indonesia.

Dia pun kagum dengan kemampuan Indonesia menggelar ISG di Palembang. Palestina, kata Bader, belum bisa menyelenggarakan event olahraga besar seperti di Indonesia. "Indonesia hebat. Kami salut atas penyelenggaraan ISG kali ini," tuturnya.

Setali tiga uang, Syria juga mempunyai problem yang sama dengan Palestina. Mereka kini dilanda perang saudara. Meski begitu, kontingen Syria termasuk paling bersemangat mengikuti pesta olahraga empat tahun sekali itu.

"Biarlah perang terjadi, kami ingin pembinaan olahraga tetap mendapat perhatian. Jangan sampai perang menghentikan kegiatan berolahraga," tutur Ahmad Alkhutoba, pelatih cabang olahraga karate Syria.

Dia menuturkan, perang memang membuat fasilitas olahraga rusak. Itu sebabnya, dengan kondisi seadanya, atlet-atlet Syria tetap giat berlatih.

Menurut Ahmad, perang tak begitu memengaruhi persiapan kontingen Syria untuk mengikuti event ini. Mereka tetap berlatih seperti biasa. Tapi, intensitasnya dikurangi. Hal itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akibat perang.

"Jika sebelumnya kami berlatih setiap hari, sekarang hanya bisa dua kali seminggu. Kami harus bisa menyiasatinya," tuturnya.

Hingga tadi malam kedua negara belum bisa meraih emas. Syria baru mendapatkan satu perak dan dua perunggu, sedangkan Palestina baru mengumpulkan satu perak. "Apa pun hasilnya, kami tetap bersyukur bisa berpartisipasi dalam pesta olahraga ini," tandas Ahmad. (*/c2/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jebreeet...Ibu Ilham Udin Langsung Menangis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler