jpnn.com, JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) telah resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5 persen.
Pasalnya, keputusan tersebut merupakan yang tertinggi dalam 22 tahun.
BACA JUGA: Ada Sinyal Agresif dari The Fed, Rupiah Hari Ini Ambyar
The Fed juga menargetkan suku bunga dana federal berada di kisaran 0,75 hingga 1 persen.
Selain itu, The Fed juga menyatakan akan mengurangi simpanan aset sekitar USD 9 triliun mulai bulan depan.
BACA JUGA: Menkeu Sri Mulyani Bertemu Banyak Menteri Keuangan hingga Petinggi The Fed, Hasilnya?
Langkah itu sebagai upaya mengurangi dampak ekonomi karena pandemi Covid-19.
Indonesia diperkirakan akan terdampak kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat.
BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Turun Tajam, Ambyar Diterjang Hawkish The Fed
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan kebijakan suku bunga The Fed mendorong larinya aliran modal dari negara berkembang termasuk Indonesia ke AS.
Menurut dia, akan terjadi capital outflow atau perputaran rupiah yang semakin melemah.
"Bila rupiah melemah makan beban utang pemerintah akan meningkat lantaran banyak utang pemerintah yang dalam bentuk mata uang asing," ujar Tauhid saat dikonfirmasi, Jumat (6/5).
Selain itu, kemampuan untuk membayar impor akan semakin melemah.
Oleh karena itu, Tauhud menilai Bank Indonesia (BI) perlu melakukan beberapa hal, seperti melakukan operasi di pasar uang dengan menambah jumlah uang beredar.
Kemudian, membuka peluang untuk BI agar menaikkan suku bunga seven day repo rate dari 3,5 persen, sebesar 25 atau 50 poin. (mcr28/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari