Harga Minyak Dunia Turun Tajam, Ambyar Diterjang Hawkish The Fed

Kamis, 07 April 2022 – 13:15 WIB
Harga minyak dunia ambyar terbentur risalah hawkish Federal Reserve atau The Fed mendukung USD. Ilustrasi Foto: Reuters

jpnn.com, JAKARTA - Harga minyak dunia turun tajam pada akhir perdagangan Rabu atau Kami pagi WIB.

Harga minyak berjangka ambyar terbentur risalah hawkish Federal Reserve atau The Fed mendukung USD.

BACA JUGA: Kabar dari Timur Tengah Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok Lagi

Dilansir dari Antara, harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh kebijakan negara-negara konsumen besar yang mengatakan akan melepas minyak dari cadangan untuk melawan pengetatan pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni terperosok USD 5,57 atau 5,2 persen, menjadi USD 101,07 per barel di London ICE Futures Exchange.

BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Jatuh Lagi, Ternyata Ini Penyebabnya

Harga minyak dunia West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei kehilangan USD 5,73 atau 5,6 persen, menjadi ditutup di USD 96,23 per barel di New York Mercantile Exchange.

Aksi jual mengalami percepatan hingga penutupan, meninggalkan harga acuan Brent dan WTI pada level penutupan terendah sejak 16 Maret.

BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Turun Lagi, Ternyata Ini Penyebabnya

Negara-negara anggota Badan Energi Internasional (IEA) sebelumnya mengatakan bakal melepaskan 120 juta barel dari cadangan strategis (SPR) untuk menahan kenaikan harga.

Pelepasan tersebut akan mencakup 60 juta barel dari Amerika Serikat.

Komitmen itu merupakan bagian dari pengumuman AS sebelumnya tentang pelepasan cadangan 180 juta barel.

Selain itu, untuk kedua kalinya IEA merilis cadangan minyak 2022 dan secara efektif meningkatkan pasokan di seluruh dunia sekitar dua juta barel per hari setidaknya selama dua bulan ke depan.

Hal itu sebagai respons dunia untuk mencoba mengatasi potensi kehilangan minyak Rusia. Kelompok ini secara kolektif memiliki sekitar 1,5 miliar barel cadangan strategis.

Pasar minyak mentah telah melalui minggu penuh volatilitas, dengan harga melonjak di tengah kekhawatiran pasokan setelah invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi berikutnya di Moskow oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Akhir-akhir ini pasar telah berbalik arah menyusul rilis cadangan bersama dengan kekhawatiran perlambatan permintaan di China, di mana pandemi yang bangkit kembali telah mendorong penguncian kota-kota termasuk Shanghai.

Beijing juga terlihat berhati-hati untuk tidak secara terang-terangan mendukung Moskow saat ini. Hal itu ditunjukkan dari pabrik penyulingan China yang menghindari kontrak baru dengan Rusia. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler