The Right Movie in The Right Time

Minggu, 12 Februari 2012 – 13:49 WIB

ACARA nonton bareng AADC? di PPHUI pada Rabu lalu (8/2) tidak bisa dihadiri sang sutradara Rudi Soedjarwo. Pria 40 tahun tersebut harus mengantar anaknya, Viggo Soedjarwo, 2, ke rumah sakit.

"Dia terjatuh paginya. Ada robek besar di dekat matanya. Saya khawatir," kata pria yang berulang tahun setiap 9 November tersebut. "Saya nyesel banget karena nggak bisa datang di acara itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Kondisi anak saya seperti itu," imbuhnya.

Rudi bercerita tentang AADC?. Dia menyatakan sama sekali tidak berpikir bahwa AADC? menjadi film besar. "Apalagi, film itu sampai disebut menghidupkan industri film nasional," ujarnya.

Lahirnya AADC? dimulai saat Rudi masih memasarkan secara keliling minifilm-nya, Bintang Jatuh, yang dibintangi Dian Sastrowardoyo. Mira Lesmana melihat dan tertarik. Mereka bertemu. Mira menyatakan ingin me-remake Bintang Jatuh. Namun, karena Bintang Jatuh dibeli salah satu televisi swasta, keinginan itu tidak bisa diwujudkan.

Mira kemudian mengajak Rudi membuat film baru. "Kebetulan, kami mempunyai tiga cerita saat itu. Kombinasi tiga cerita itulah yang kemudian jadi AADC?," kata Rudi. Anak mantan Kapolri Anton Soedjarwo tersebut menyatakan bahwa bujet untuk AADC? tergolong tinggi saat itu. "Ya, di atas Rp 3 miliar lah," imbuhnya.

Rudi menyatakan bahwa tidak ada kesulitan yang berarti dalam proses pembuatannya. Pemainnya bagus-bagus. Itu sangat membantu keseluruhan produksi. Menurut dia, saat audisi, ada banyak muka baru yang punya akting bagus. "Beda dengan sekarang. Kalau audisi, yang datang itu-itu saja. Banyak yang aktingnya nggak bagus," tuturnya.

Rudi mengungkapkan bahwa semua yang terlibat dalam AADC? tidak ingin terjebak pada sebuah film yang rumit. Film yang mudah dicerna adalah prinsipnya. Sebagai ide dasar, diambil kisah kehidupan sehari-hari. "Ya, yang pernah dialami semua anak SMA," terang pria yang sedang disibukkan penggarapan sejumlah judul baru film tersebut.

Akhirnya, AADC? menjadi sebuah ramuan yang pas. Film itu tidak terlalu berat untuk dinikmati dan dicerna orang awam (terutama anak muda) serta tidak terlalu picisan untuk dilihat penonton yang lebih serius. "Selain segala ramuan itu, saya rasa, yang bikin AADC? laris adalah kebetulan dia hadir di saat yang pas. The right movie in the right time," paparnya. Selanjutnya, AADC? pun menjadi legenda film nasional. (c12/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nostalgia 10 Tahun Ada Apa dengan Cinta?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler