Thorik cs Belajar Jihad dari Buku Imam Samudra

Rabu, 12 September 2012 – 18:42 WIB
JAKARTA - Dalam menjalankan aksi teror, jaringan teroris Thorik cs  ternyata sudah banyak belajar dari kelompok teroris lama seperti Imam Samudra cs. Hal ini diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar saat jumpa pers di kantor Humas Polri, Jakarta, Rabu (12/9).

"Kelompok ini juga membaca membaca buku karangan Imam Samudra tentang Jihad," ujar Boy sambil menunjukkan sebuah buku karangan Imam Samudera, saat gelar barang bukti milik teroris.

Buku berwarna merah darah itu berjudul "Jika masih ada yang mempertanyakan JIHADKU". Di sampul buku tersebut terdapat gambar wajah Imam Samudra. Buku ini ditemukan Detasemen Khusus 88 Antiteror saat penggeledahan di rumah tersangka teroris, Anwar di Desa Susukan, Bojonggede, Bogor, Senin (10/9 ) lalu.

Selain buku tersebut, ditemukan juga buku panduan bahasa Inggris dan dokumen pribadi atas nama Wahyu Ristanto, serta dokumen merakit bom. Meski telah menemukan buku jihad Imam Samudra tersebut, kata Boy, pihaknya belum mengetahui orang yang mengendalikan maupun membimbing Thorik cs dalam menjalankan aksi mereka.

"Mereka kelihatannya punya kemampuan masih belajar. Dugaan kuat kita Mr. X punya kemampuan lebih dalam hal merangkai ketimbang Thorik. Kita belum fokus ke arah lebih dalam sampai ke sana," papar Boy.

Seperti yang diketahui, Imam Samudra adalah terpidana mati dalam Bom Bali 2002. Ia pernah terlibat dalam beberapa pemboman gereja saat malam Natal. Pada malam Natal 2000 pria dengan nama asli Abdul Aziz itu melakukan pengeboman gereja di Batam. Nama Imam Sara muncul pertama kali dari beberapa tersangka yang berhasil diciduk sejak peledakan bom di malam Natal tahun 2000 serta peledakan Plaza Atrium Senen Jakarta tahun 2001. Setelah ditangkap, dia juga mengaku bertanggung jawab atas pengeboman gereja Santa Anna dan HKBP di Jakarta. Sedangkan pada gereja lainnya Aziz tidak mengakui, namun dia menyebutkan mungkin kelompok lainnya.

Setelah melakukan pengeboman tersebut, Samudera alias Abdul Aziz pergi ke Malaysia. Pada tahun 2002 ia kembali lagi ke Indonesia dan terlibat dalam pengeboman di Bali. Dalam kasus peledakan bom Bali, Amrozi sang pelaku peledakan dan juga rekan satu tim Imam Samudera juga menyebut namanya sebagai aktor intelektual. Amrozi mengaku dirinya dipertemukan dengan Imam Samudera pada 6 Oktober 2001 di Bali.

Di Malaysia, dia dikenal sebagai salah satu pendiri Jamaah Islamiyah (JI). Dalam menjalankan aksi terornya, Imam Samudra mempunyai banyak nama alias. Ada yang menyebut Imam Samudra dengan Kudama. Ada juga Qudamah, ada pula yang menulis Hudama. Bahkan, dalam dokumen pengakuan salah satu rekannya kepada aparat Polri, Imam Samudra disebut sebagai Abu Omar. Hidup Imam Samudra berakhir setelah bersama Amrozi dan Muklas, trio bomber Bali I dieksekusi mati pada November 2008.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Isu Lingkungan Hidup Harus Dibahas di Ranah Politik

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler