Tiap Bulan 5000 Warga Suriah Tewas Akibat Perang

Rabu, 17 Juli 2013 – 22:00 WIB
NEW YORK - Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis data terbaru terkait perang saudara di Suriah. Temuan PBB menyebutkan, sekitar 5000 orang meninggal dunia setiap bulannya akibat konflik bersenjata di Suriah.

Asisten Sekjen Bidang Hak Asasi Manusia PBB, Ivan Simonovic menyebut kejahatan perang dan pelanggaran HAM telah menjadi norma di salah satu negara Timur Tengah itu. "Tingkat pembunuhan yang sangat tinggi itu memperlihatkan bahwa konflik ini semakin memburuk secara drastis," ujar Simonovic seperti dikutip dari AP, Rabu (17/7).

Situasi ini, lanjutnya, dikarenakan aksi pasukan pemerintah yang melancarkan aksi serangan membabi buta terhadap basis-basis bemberontak di seantero negeri. Pasukan pimpinan Presiden Bashar Al Assad itu dituding menggunakan berbagai macam senjata jarak jauh dan serangan udara terhadap daerah-daerah berpopulasi padat.

"Akibatnya, ratusan warga sipil termasuk anak-anak dan perempuan terbunuh, ribuan terluka dan puluhan ribu mengungsi. Sementara sebagian lainnya terkepung di dalam kota dan hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan," papar Simonovic.

Di sisi lain, pasukan pemberontak juga tidak kalah bertanggung jawab memperburuk situasi. Mereka melakukan penyiksaan, penculikan dan pembunuhan terhadap warga sipil. "Tingkat pembunuhan, kekerasan dan ancaman balas dendam terhadap warga yang diduga sebagai loyalis pemerintah terus meningkat secara mengkhawatirkan," pungkasnya.

Sementara itu Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja"afari menyangkal temuan ini. Menurutnya, data PBB berasal dari sumber yang tidak profesional.

Ia menegaskan bahwa pemerintah Suriah terus berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan tanggung jawab melindungi dan memenuhi kebutuhan dasar warganya. "Walaupun saat ini kami terus mendapat tekanan secara ekonomi, politik dan juga dari media," ujarnya. (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... AS Hentikan Pasokan Iklan Situs Pembajak

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler