jpnn.com - PERNIKAHAN bukan sekadar pertautan dua hati yang saling mencintai. Setidaknya, demikianlah yang terjadi di India. Meski saling mencintai, sejoli Negeri Taj Mahal itu tidak selalu bisa mewujudkan pernikahan. Apalagi pernikahan yang bahagia. Sebab, tradisi masih mementingkan mahar sebagai syarat penting pernikahan.
--------------------------------------
BACA JUGA: Rakyat Prancis Tolak Aksi Militer ke Suriah
DI India, mahar atau maskawin bukanlah barang-barang berharga persembahan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan. Tapi, itu lebih menyerupai upeti dari orang tua mempelai perempuan untuk keluarga mempelai laki-laki. Dalam pembahasan mahar tersebut, biasanya mempelai perempuan tidak dilibatkan. Adapun mempelai laki-laki kadang-kadang saja terlibat.
Sesuai dengan tradisi, mahar hanya dibahas orang tua mempelai laki-laki dan mempelai perempuan. Di India, mahar pun tidak selalu harus dibayar tunai. Perwujudan mahar yang umumnya berupa uang tunai dan barang berharga tersebut boleh dilakukan secara bertahap. Namun, pembayaran mahar secara bertahap (mencicil) itulah yang lantas menimbulkan banyak masalah.
BACA JUGA: Snowden Sebut Intel AS dan Inggris Bobol Internet Banking
Seiring dengan berjalannya waktu, keluarga mempelai laki-laki bisa saja meningkatkan nilai mahar yang mereka sepakati pada awal pernikahan. Sampai mahar terbayar lunas, keluarga mempelai laki-laki cenderung memperlakukan mempelai perempuan dengan semena-mena. Mulai sindiran, olok-olok, sampai berbagai bentuk siksaan fisik. Bahkan, siksaan mental dan fisik tersebut tidak jarang berujung pada kematian.
Setiap tahun ribuan perempuan India menemui ajal karena api. Suami atau keluarga suami membakar perempuan yang belum melunasi maharnya lantaran kesal. Misalnya, yang dialami Pravartika Gupta pada tahun lalu. Perempuan 25 tahun itu tewas karena ulah si suami. Dia dibakar di tempat tidur ketika sedang terlelap bersama putrinya yang masih berumur 13 bulan.
BACA JUGA: NASA Kirim Misi Peneliti Debu Bulan
Selasa lalu (3/9), Biro Catatan Kriminal Nasional India melaporkan, tiap sejam, seorang perempuan meninggal lantaran kejahatan yang terkait dengan mahar. "Tahun lalu 8.233 perempuan India meninggal karena sengketa mahar," terang lembaga tersebut. Sayangnya, angka kematian yang tinggi itu berbanding terbalik dengan pembuktian kejahatan tentang mahar yang hanya 32 persen.
Sebenarnya, hukum India sudah melarang pemberian dan penerimaan mahar dalam pernikahan. Tetapi, hukum yang dibakukan pada 1961 tersebut tidak bisa diterapkan dengan pas. Dalam praktiknya, masyarakat India masih sangat permisif terhadap pemberian dan penerimaan mahar. Tidak jarang, masyarakat malah memandang sinis kepada mereka yang berusaha mendobrak tradisi salah itu dan menegakkan hukum.
Lihat saja kasus Nisha Sharma pada Mei 2003 lalu. Ketika itu, gadis ayu tersebut menjadi sorotan media karena keberaniannya membatalkan pernikahan. Di hadapan sekitar 200 undangan, dia tiba-tiba menolak menikah dengan Munish Dalal. Gara-garanya, keluarga Dalal mendadak menaikkan nilai mahar yang telah disepakati semula. Lantaran sempat terjadi keributan, Sharma lantas melapor kepada polisi.
Polisi pun bertindak cepat. Mereka langsung menangkap Dalal beserta ibunya, Vidya, dan bibinya, Savitri. Selain itu, polisi beberapa kali menginterogasi Navneet Rai. Teman Sharma dan Dalal itu disebut-sebut mengetahui perihal cekcok mahar tersebut. Namun, tidak secepat reaksi mereka terhadap laporan Sharma, polisi India terlalu lamban memproses kasus itu dalam sidang.
Sharma dan Dalal pun mulai bangkit dari kenangan buruk tersebut. Sharma kemudian menikah dengan Rai, sedangkan Dalal menikahi seorang gadis lain. Konon pernikahan dua pasangan itu berlangsung secara sederhana, tanpa melibatkan mahar. Namun, proses hukum tetap berjalan. Sharma, Dalal, dan Rai tetap harus menjalani interogasi di kantor polisi.
Sayangnya, para penegak hukum di India tidak serius menangani kasus mahar Sharma. Tahun lalu pengadilan di Kota Noida, Distrik Gautam Buddh Nagar, Negara Bagian Uttar Pradesh, menjatuhkan vonis bebas kepada Dalal, Vidya, dan Savitri. Pengadilan menganggap bahwa tidak ada cukup bukti yang bisa menjerat tiga orang tersebut atas tudingan Sharma.
"Semua ini direncanakan sebelumnya. Ayah Nisha, D.D. Sharma, memasang pengumuman pernikahan putrinya dengan Navneet Rai pada 14 Februari 2003," kata Vidya seperti dilansir Daily Mail. Menurut dia, Sharma memang sengaja menuduh keluarganya mendadak mengubah kesepakatan mahar hanya supaya tidak jadi menikah dengan Dalal. Sebab, Sharma mempunyai hubungan khusus dengan Rai.
Begitu Dalal dan kubunya mengumbar kisah di balik munculnya tudingan Sharma ketika itu, keberpihakan publik India lantas berubah. Dalam hitungan jam, segala empati yang dulu mengalir pada Sharma berubah menjadi caci maki. Apalagi, keluarga Dalal menyebut Sharma sempat mengakui niat busuknya itu di hadapan para hakim. Tetapi, Sharma membantah keras klaim tersebut.
Atas tudingan keluarga Dalal dan kecaman publik pasca-vonis bebas tiga orang yang sempat hendak menjadi bagian dari keluarganya itu, Sharma membela diri. Bahkan, dia menyatakan akan naik banding. Dirinya tidak bisa menerima vonis bebas yang diberikan hakim kepada Dalal, Vidya, dan Savitri. Sharma berusaha mempertahankan reputasinya sebagai perempuan pendobrak mahar.
"Belakangan, mahar memang menjadi momok di India. Nilainya semakin tinggi dan mahal, sesuai dengan meningkatnya perekonomian negara," ungkap Ranjana Kumari, aktivis HAM perempuan. Menurut dia, masyarakat India menjadi semakin rakus. Mereka berusaha melampiaskan dahaga mereka akan barang mewah melalui mahar. Akibatnya, pernikahan pun tidak lagi urusan asmara, tetapi urusan mahar.
"Pernikahan menjadi semakin komersial, tidak ubahnya bisnis. Semakin kaya keluarga mempelai pria sehingga semakin tinggi pula nilai mahar yang diminta," papar Kumari. Suman Nalwa, seorang pejabat kepolisian di Kota New Delhi, menjelaskan bahwa komersialisasi pernikahan telah mewabah ke seluruh lapisan masyarakat. Sebab, kini tidak hanya orang kaya yang menginginkan mahar mewah. (AP/Time of India/Daily Mail/Huffington Post/IBN/hep/c14/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebulan, Tiga Aktor Film Porno AS Tertular HIV/AIDS
Redaktur : Tim Redaksi