BANDUNG - Angka Kematian ibu (AKI) melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi. Hampir tiap satu jam, ada dua ibu meninggal. Angka ini selevel dengan Myanmar yang kondisi negaranya jauh lebih miskin.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian ibu di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi 34 per 1.000 kelahiran hidup. Pada 2010, kematian ibu menurut provinsi di Indonesia diperkirakan mencapai 11.534 orang.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DR dr Sugiri Syarief MPA mengatakan, dari seluruh provinsi, Jawa Barat menduduki tempat pertama untuk jumlah kematian ibu. Lalu, diikuti Provinsi Jawa Tengah, NTT, Banten, dan Jatim.
"Jika dibandingkan Malaysia yang memiliki AKI 31 per 100.000 kelahiran hidup, Indonesia masih tertinggi. AKI di Indonesia sama dengan Myanmar yang kondisi negaranya jauh lebih miskin," kata Sugiri Syarief MPA usai menerima Anugerah "Champion Program Keselamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir kepada Kepala BKKBN dari Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) di Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/2) malam.
Sugiri menambahkan, laju pertambahan penduduk Indonesia 1,49 persen per tahun mempersulit upaya menekan AKI. Karenanya perlu ada upaya besar menekan laju pertambahan penduduk agar target MDG (Millenium Development Goals) untuk menurunkan AKI pada 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dapat tercapai.
"Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia kebanyakan disebabkan pendarahan, hipertensi saat hamil/pre eklamsi dan infeksi. Pendaharaan menempati prosentase tertinggi sebagai penyebab kematian ibu (28 persen)," jelas alumnus School of Public Administration, University of Southern California, ini.
Ada pun penyebab tidak langsung kematian ibu di Indonesia, lanjut Sugiri, di antaranya usia terlalu muda atau pun terlalu tua saat melahirkan, terlalu sering melahirkan dan terlalu banyak anak dilahirkan atau sering disebut dengan istilah "empat terlalu". (fdi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kombinasi Kain Ulos Lebih Elegan
Redaktur : Tim Redaksi