Tiba-Tiba Kodir Mendengar Jeritan, Ternyata Suara Siswa SMPN 1 Turi Sleman

Senin, 24 Februari 2020 – 17:15 WIB
Tim SAR saat mengevakuasi siswa SMPN 1 Turi Sleman. Foto: Radar Jogja

jpnn.com, SLEMAN - Sudarwanto alias Kodir menjadi salah seorang saksi insiden dalam kegiatan susur sungai Pramuka SMPN 1 Turi Sleman di Sungai Sempor, Jumat (21/2) lalu.

Kodir bukan hanya melihat langsung insiden, melainkan ikut menyelamatkan beberapa anak.

BACA JUGA: 2 Siswa SMPN 1 Turi Sleman Ditemukan, Total 10 Meninggal, Operasi SAR Ditutup

Kepada Radar Jogja, pria berusia 37 tahun itu menceritakan pengalamannya.

Hari itu, seperti biasanya, Kodir bermaksud memancing ikan. Dengan joran pancing, kail dan umpan, dia mendatangi Sungai Sempor di Dusun Dukuh Donokerto Turi.

BACA JUGA: Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Sleman Ditahan Polisi, Mau Tahu Kenapa?

Namun, baru menginjakkan kaki di tepi sungai, tiba-tiba Kodir mendengar suara minta tolong dan tangisan.

Sontak dia berlari menuju arah sumber suara. Tak disangka, puluhan anak berseragam pramuka telah hanyut. Tanpa berpikir lama, Kodir langsung membuang perlengkapan mancingnya. Dia langsung menceburkan diri ke sungai tersebut.

BACA JUGA: Mbah Mijan Sampai Merinding Membaca Kabar Itu

“Awalnya mau mancing ikan, tetapi malah dengar suara teriakan dan tangisan dari sungai. Seingat saya jam tiga sore. Saya langsung cari jalan yang aman untuk turun dari tebing sungai. Lewat kebun-kebun salak milik warga,” katanya saat ditemui Radar Jogja di kediamannya, RT 05/RW 26 Dusun Kembangarum Wetan Kali, Donokerto Turi Sleman, Senin (24/2).

Satu-satunya andalan Kodir dalam melakukan penyelamatan hanya tubuhnya. Dia berenang melawan arus sungai. Satu per satu siswa pramuka dia selamatkan. Ada yang digandeng, digendong bahkan dibopong. 

Setibanya di sisi utara, arus sungai semakin deras. Ini menyulitkan langkah penyelamatan para siswa. Kodir memutuskan untuk menaikkan para siswa ke batu dan tebing sungai. Selanjutnya bersama warga lainnya yang mulai ramai, dia mengambil tangga dan bambu.

“Saat itu sungainya deras dan gerimis. Tangga dan bambu dari warga sekitar dipakai untuk memindahkan anak yang sudah ditolong ke atas bebatuan. Agar bisa pindah dan naik ke tebing pinggiran sungai,” katanya.

Kodir menggambarkan kondisi saat itu benar-benar kacau. Tangisan dan teriakan minta tolong terdengar di sepanjang aliran Sungai Sempor. Anak pasangan Madyo Sumarto, 85 dan Sukiyem, 75 ini mengaku sempat kewalahan. Terlebih mayoritas siswa berada di tengah aliran sungai.

Anak kelima dari tujuh bersaudara ini mengaku ada peningkatan air sungai. Terbukti dari keruhnya aliran air sungai. Ditambah adanya peningkatan debit air sungai dari biasanya. Untungnya ada sang adik Tri Nugroho, Santoso, 23, ikut bersamanya.

Warga, lanjutnya, kemudian bergerak cepat dalam evakuasi. Mereka terbagi dalam tiga zona pertolongan pertama. Sisi utara, tengah dan sisi selatan atau tepatnya jembatan Sungai Sempor. Dalam kejadian ini, mayoritas siswa hanyut di sisi utara dan tengah.

“Saya menyelamatkan yang di tengah aliran, adik yang di pinggir sungai. Saat itu ketinggian air sungai dua meteran. Medannya berbatu terjal semua. Ada beberapa siswa yang pingsan lalu saya bopong dan gendong,” ujarnya.

Kawasan sungai tersebut memang sudah menjadi sahabat bagi Kodir. Sejak kecil dia kerap menghabiskan waktu di sungai yang berhulu Gunung Merapi ini. Tak hanya memancing, tetapi juga berenang dan mandi.

“Hampir setiap hari mancing di sungai Sempor kalau pekerjaan sudah selesai. Ikannya lele, kepek, wader, banyak jenisnya. Sudah dari kecil main di sini (Sungai Sempor) jadi sudah tahu karakter sungainya,” katanya. (dwi/tif/radarjogja)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler