Tidak Cari Makan di Golkar

Kamis, 22 Mei 2014 – 07:18 WIB
Luhut Panjaitan. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - PARTAI Golkar ikut mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sebagai capres-cawapres. Namun, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Luhut Binsar Panjaitan mengambil sikap berseberangan. Rabu (21/5), dia pun resmi mengundurkan diri dari jabatannya itu.

Pria kelahiran Simargala, Huta Namora, Silaen, Tobasa, 28 September 1947, itu, secara terbuka menyatakan mendukung pasangan Jokowi-JK.

BACA JUGA: NU Sepakat Berada Dalam Dua Poros

Sebenarnya, sikap pria yang pernah menjadi Komandan Group 3 Kopassus (1990) itu, sudah bisa ditebak. Pasalnya, pada 14 Maret 2014, bersama sejumlah jenderal purnawiran, alumni Akademi Militer tahun 1970 itu sudah secara terbuka menyatakan mendukung pencapresan Jokowi. Saat itu, Golkar belum menetapkan perkoalisian.

Hanya saja, sikap Luhut yang berbeda dengan institusi partainya itu, tetaplah mengagetkan. Pasalnya, selama ini, mantan menperindag era Presiden Abdurrahman Wahid itu dikenal sangat dekat dengan Aburizal Bakrie, ketum Golkar.

BACA JUGA: Honorer K2 Bodong Diganti yang Asli

Mengapa dan apa alasannya lebih mendukung Jokowi-JK? Berikut penuturan Jenderal (Purn.TNI) Luhut Panjaitan, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (20/5).

Mengapa mendukung Jokowi-JK?

BACA JUGA: Pulang Umroh Langsung ke RS

Saya mendukung Pak Jokowi-Jk adalah sikap saya dari awal. Saya tidak pernah menyembunyikan itu. Saya memang yakin dari semua calon yang saya lihat itu Pak Jokowi adalah calon yang paling mumpuni untuk menjadi presiden mendatang. Dan itu saya diskusikan dengan teman-teman, tentu tidak dengan emosional, dengan sangat jernih. Dengan semua kriteria yang ada kami melihat bahwa Pak Jokowi pemimpin yang paling mumpuni. Terutama yang terakhir ini, dimana dia dengan tegas menolak transaksi, adanya (kesepakatan) tertulis tentang jabatan yang harus diberikan kepada partai a atau b bergabung. Sehingga kalau anda lihat semua partai yang bergabung kepada PDIP tidak satupun yang melakukan transaksional dalam membangun kerja sama tadi.

Anda masih tetap di Golkar?

Saya tetap di Golkar (sebagai anggota, red). Tidak ada yang bisa ngeluarin saya kecuali saya salah. Saya masuk Golkar juga karena saya punya idealisme, Golkar ini dibangun oleh ABRI dulu. Saya sebagai purnawirawan, juga kami semua, berpikir tidak salah juga kalau kami tetap bekerja masuk dalam Partai Golkar khususnya menyalurkan aspirasi kami sebagai rakyat Indonesia. Saya juga nggak cari makan di situ, tapi cuman sumbang pikiran. Tapi sebagai anggota Golkar saya tak bisa dipecat oleh siapapun. Saya tahu banyak Prabowo. Dia wakil saya selama hampir lima tahun. Jadi saya tahu dia, A sampai Z. Kalau saya lihat, bandingkan, Jokowi punya hal-hal positif, lebih banyak yang bisa diharapkan dari dia.

Jadi dua kubu di Golkar, apakah ini semata agar kader Golkar tetap ada yang masuk ke pemerintahan?

Golkar tetap diputuskan oleh ketua umum akan maju (bergabung) ke Partai Gerindra. Tapi kami pribadi-pribadi merasa itu bukan pilihan yang baik. Jadi hak konstitusi kami akan kami berikan kepada Jokowi.

Anda akan gabung ke tim pemenangan Jokowi-JK?

Tidak. Kami volunter dengan kemampuan kami, dengan networking kami, sampai sekarang kita sangat baik, networking kami jalan, sangat bagus, sangat konfiden.  Sekali lagi saya minta masalah transaksional dalam perpolitikan, bagi-bagi kekuasaan,  kita betul-betul berharap kedepan makin berkurang, jangan ada mahar-mahar ini itu yang akan juga mendorong melakukan hal-hal tidak baik dalam pemerintahan. Saya bersyukur bahwa masih ada orang yang punya idealisme di republik ini. Saya berharap apa yang dikatakan Jokowi bisa terus kita gulirkan sehingga bisa mengurangi masalah-masalah keinginan untuk melakukan transaksi-transaksi yang seharusnya tidak dilakukan.

Apa yang akan Anda lakukan sebagai bentuk dukungan ke Jokowi-JK?

Kita lakukan kegiatan di sosmed, dibantu Ansor dan Muslimat dan banyak relawan lain sehingga  gerakannya jauh lebih efektif.

Akan bawa kader-kader Golkar yang lain untuk ikut dukung Jokowi-JK?

Itu sih banyak dan saya nggak pernah ngajak. Itu hak konstitusi kader juga. Di Jokowi dukung eks ketum (mantan Ketum Golkar Jusuf Kalla, red) so sangat masuk akal jika banyak yang dukung Jokowi. Kalau liat hasil polling terakhir hampir 42 persen kader Golkar pilih Jokowi. Ini dukungan pribadi saya. Akbar dukung Gerindra ya itu hak konstitusi msing-masing. Saya kenal Prabowo, saya  tahu lebih bagus Jokowi.

Mendukung Jokowi apa karena Anda kenal dekat Megawati?

Saya belum ketemu Mega dalam enam  bulan terakhir.

Apa untung ruginya dukung Jokowi?

Bukan soal untung rugi tapi idealisme.  Yang saya lihat apalagi kemarin waktu deklarasi, saya makin kenal dia ini orang tak bisa diatur, dalam artian tak bisa didikte. Setelah 9 Juli nanti bisa dilihat. Polling terakhir Jokowi didukung rakyat 51 persen dibanding 32 persen.

Anda berharap jatah kursi di kabinet?

Loh, Golkar aja ditolak, apalagi saya. (sam/gil/pra/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hukum Memberi Ruang Monster Paedofil Hidup


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler