Tidak Diakui sebagai Istri jika Kasih Uang kepada Bapaknya

Minggu, 04 September 2016 – 06:14 WIB
Ilustrasi Foto: Radar Surabaya

jpnn.com - KARIN, 48, sosok perempuan yang hebat. Meski dikucilkan, dicerca keluarga suami sampai stres, tak membuatnya lupa begitu saja atas tanggung jawabnya sebagai ibu. 

Karin membesarkan keempat anaknya dengan kesabaran dan dongeng- dongeng penuh optimisme.

BACA JUGA: Selingkuh dengan Istri TNI, Bonyok Sebelum Tiba di Kantor Polisi

Itulah yang akhirnya membuat anaknya, Mira, 28 dan ketiga adiknya tumbuh menjadi anak cerdas.

Umi Hany Akasah - Radar Surabaya

BACA JUGA: Bandara ini Bakal Ditingkatkan Statusnya jadi Internasional

Semasa kecil, Mira dan ketiga adiknya melihat secara langsung keluarga ayahnya menghina ibunya.

Ayahnya memberikan seluruh penghasilan kepada saudaranya. 

BACA JUGA: Pelabuhan Pontianak Pasok Logistik ke Natuna

Sedangkan, kebutuhan Mira dan ketiga adiknya sering terabaikan begitu saja. 

"Kalau sudah gitu, mesti ibu bisikin kami supaya sabar. Nanti ibu yang belikan," kata Mira di Pengadilan Agama (PA) Klas 1 A Surabaya, Jalan Ketintang Madya, Jumat (2/9). 

Selain jadi guru agama di SMP, Karin punya ketrampilan merajut. 

Biasanya, Karin merajut tas, dompet dan baju bayi, kemudian dijual kepada rekan-rekannya sesama guru. 

Itu dilakukan karena gaji Karin sudah diambil suaminya, Donjuan,50, untuk diserahkan ke keluarganya. 

"Meski disiksa batin, ibu dulu tetap waras. Ya, kayak orang-orang umumlah. Diajak ngomong nyambung. Stres itu dimulai 10 tahun lalu," cerita Mira. 

Saat bapaknya Karin atau kakek Mira meminta uang untuk pengobatan diabetesnya, terpaksa Karin tak bisa memberi. Itu karena seluruh penghasilannya sudah ludes untuk keluarga suami. 

Sebenarnya, Karin pernah meminta uang pada suaminya, Donjuan. 

Tapi, ditolak dan Donjuan mengancam tidak akan mengakui istri bila Karin nekat memberi uang pada bapaknya. 

"Sejak itu ibu stres. Apalagi, seminggu setelah itu kakek meninggal karena terlambat dalam pengobatan," kata Mira.

Seakan mau meneteskan air mata, Mira menyatakan sangat ingat betul ketika ibunya tertawa-tawa sendiri. 

Karin sering menangis dan menjerit hingga kini tanpa sebab yang jelas. Untung Karin tak pernah melakukan tindakan anarkis.

Ketika bertemu dengan Radar Surabaya, Karin juga senyum-senyum sendiri. Bila ingin bicara, dia hanya berbisik pada anaknya, Mira. 

"Kami bisa sekolah dan kerja gini itu pelajaran dari ibu. Ingat banget waktu ibu cerita dongeng, ya dongeng kelinci, planet. Itu yang membuatku dari kecil ingin sekolah tinggi," papar Mira.

Mira pun tak melupakan upaya sang ibu membuat mereka bahagia dan berkecukupan. 

Tiap malam sang ibu merajut supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. "Ayah mah yang diingat saudara dan saudara," kata dia.

Sementara, ayahnya, Donjuan menambahkan tidak akan ikhlas dengan sikap Mira yang akan membawa ibunya ke Jerman. 

"Anak-anak itu dibesarkan dengan kasih sayang, kok malah kurang ajar sama bapaknya," tegas Donjuan. 

Seperti masih membela diri, Donjuan menyatakan kalau dirinya akan mencabut talak cerainya. 

Dia ingin bersama dengan Karin sampai hayat. "Meski kayak orang stres gitu dia itu nurut, baik, perhatian. Kalau dia ikut anak, aku sama siapa?" tukas dia. 

Ketika disinggung mengapa tidak sama saudara-saudaranya saja, karena selama ini sudah sering belani saudara, Donjuan langsung marah. 

"Tidaklah. Ya sama istri, saudara ke saya itu kalau hanya butuh saja," tandas Donjuan melengos meninggalkan Radar Surabaya. (*/opi/selesai)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... November, Terminal Baru Bandara Depati Amir Bakal Dioperasikan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler