Tidak Semua Yang Dikatakan JK Benar

Rabu, 17 Desember 2014 – 18:35 WIB
Jusuf Kalla. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Komisi VI DPR, Hafisz Tohir menyatakan tidak semua yang dikatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) benar, terkait peluang yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha disaat nilai rupiah semakin anjlok. 

Ini terkait statemen Wapres yang mengatakan Indonesia sebenarnya bisa memanfaatkan pelemahan nilai tukar rupiah untuk meningkatkan ekspor dan menekan laju impor. Dengan demikian, perbaikan defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan bisa lebih cepat.

BACA JUGA: Pimpinan DPR Diminta Abaikan Permintaan Kubu Agung

"Tidak semuanya (yang dikatakan JK) benar. Industri kita sedang lesu akibat naiknya BBM. Kemudian berefek berantai dengan naiknya ongkos produksi. Sehingga industri kita menjadi berbiaya tinggi," kata Hafisz, saat dihubungi Rabu (17/12).

Dengan kondisi sekarang ini, industri dalam negeri sangat sulit bersaing bahkan dengan Vietnam sekalipun. Kalau yang dibilang JK pelemahan rupiah menguntungkan bagi ekspoprtir, itu juga tidak tepat.

BACA JUGA: KPK Periksa Rizal Abdullah Sebagai Tersangka

Dia menjelaskan bahwa barang kualitas ekspor butuh biaya produksi tinggi, itu disebabkan 20% bahan bakunya import, 20% untuk tenaga kerja dan 20% biaya ijin. Sedangkan sisanya ongkos produksi dan transportasi serta bahan bakar gas/listrik/BBM yang kini sudah naik 30%.

"So.. dari mana lagi kita akan bisa export dengan ongkos produksi yang sudah menggunung. Saya sangat skeptis dengan pendapat wapres, semestinya JK memberi pemahaman yang benar kepada pelaku industri domestik yang kini sedang menanti insentif dari pemerintah. Jangan justru menina bobokan rakyat," jelasnya.

BACA JUGA: Hakim Anggap Putra Syarief Hasan Memang Berniat Korupsi

Karena itu politikus PAN ini menuntut pemerintah memperbaiki birokrasi yang terkait dengan perizinan yang berbiaya tinggi, mencapai 20 persen dari total produksi sehingga akan mematikan industri dan perdagangan domestik.

"Kesalahan terbesar rezim Jokowi-JK adalah menaikkan BBM pada saat ekonomi dunia sedang heating dan harga crued Oil sedang menurun tajam. Ini adaalh blunder terbesar kabinet ini. Sehingga pasar bereaksi negatif terhadap kabinet," tandasnya. (fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pekan Depan, Kejagung Lelang Harta Gayus Tambunan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler