Tiga Anak Laki-lakinya Dinyatakan Punya Gen Perempuan

Minggu, 15 Maret 2015 – 04:49 WIB
Keluarga Torikin, dari kiri, Zakaria, Alfiyah, Taufan Al Habid (digendong ayahnya, Torikin), Iklas Suni, dan Nur Iman (digendong ibunya, Seni) di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Semarang Jumat (13/3). Foto: Adityo Dwi/Jawa Pos Radar Semar

jpnn.com - SEMARANG - Pasangan suami istri Torikin, 42, dan Seni, 39, yang empat anak mengalami kelainan genetis dalam bentuk kerancuan kelamin, dibantu perangkat desa melaporkan kasus itu ke RSND Semarang yang dimiliki Universitas Diponegoro (Undip) pekan lalu.

Akhirnya, Kamis (12/3) Torikin dan seluruh keluarga mendapat undangan dari pihak RSND untuk melakukan pengecekan di laboratorium.

BACA JUGA: Lahir Perempuan, Menginjak Remaja Dada jadi Rata dan Berkumis

Dengan berharap mendapat kejelasan atas kelainan yang menimpa anaknya, keluarga itu berangkat dari Desa Sokasari, Kecamatan Bumijawa, Tegal, Jawa Tengah, saat hari masih gelap, yakni Kamis malam, tepatnya pukul 22.00.

Mereka sampai di Semarang pada pagi buta kemarin, pukul 04.00. Saat pagi, lima anak Torikin dan Seni langsung diperiksa. Putri sulung pasangan itu, Siti Darmayanti, tidak ikut diperiksa karena masih berada di Jombang.

BACA JUGA: Durhaka! Anak tak Tahu Diri Ini Tampar Ibunya

Berdasar hasil pemeriksaan tim dokter RSND, tiga anak laki-laki keluarga Torikin menderita kerancuan jenis kelamin atau ambiguous genitalia. Dari hasil uji laboratorium, ketiganya –yakni Zakaria, 11; Taufan Al Habid, 4; dan Nur Iman, 2– terbukti memiliki gen perempuan.

Padahal, saat ini mereka berpenampilan seperti anak laki-laki. Sedangkan dua anak lain, Iklas Suni dan Alfiyah, dinyatakan normal oleh tim dokter.

BACA JUGA: Dijual, Batu Akik Berlafaz Allah Rp1 Miliar

Direktur Centre for Biomedical Research (Cebior) RSND Prof Dr Sultana M.H. Faradz menjelaskan, tiga putra Torikin tersebut mengalami hiperplasia adrenal kongenital (HAK) atau congenital adrenal hyperplasia (CAH).

”Yakni, kelainan pada kelenjar anak ginjal yang menyebabkan adanya exposure androgen atau hormon laki-laki yang berlebihan,” jelas Sultana.

Menurut Sultana, dalam penanganan kasus CAH seperti yang dialami anak Torikin, pihaknya sangat berhati-hati.

”Pasalnya, dalam penentuan jenis kelamin atau gender si penderita yang nantinya jika dilakukan operasi, harus memperhatikan kondisi psikologis dari si penderita sendiri dan keluarga,” terangnya.

Karena itu, dalam uji laboratorium awal, pihaknya juga melibatkan ahli dan dokter terkait seperti dokter bedah, dokter anak, dokter anestesi, dokter bedah plastik, psikolog, dan psikiater.

”Terjadinya penyakit kerancuan kelamin itu diakibatkan oleh faktor genetis yang diturunkan dari kedua orang tua si penderita,” jelas Sultana.

Dia menambahkan, hasil uji laboratorium menunjukkan, dari tiga anak yang diperiksa, diperoleh gen perempuan (XX). Meski begitu, secara identitas, gender tetap mengikuti perkembangan dan keinginan orang tua si penderita.

”Ada yang anaknya diberi pakaian layaknya laki-laki dan ada juga yang diberi pakaian layaknya perempuan. Itu dilakukan karena orang tua si penderita ingin menegaskan status gender si penderita,” tutur dia.

Menurut Sultana, gangguan pada kelenjar anak ginjal juga memengaruhi produksi hormon, terutama androgen yang merupakan hormon seks pria.

”Pada laki-laki, kondisi ini memicu pubertas yang terlalu cepat dan ukuran penis yang lebih besar, sedangkan pada perempuan bisa memicu pembengkakan klitoris hingga mirip jenis kelamin laki-laki. Untuk kasus tiga anak asal Tegal ini, yang terjadi adalah kerancuan kelamin atau ambiguous genitalia,” terang Sultana.  (ewb/aro/c11/kim/bersambung/II)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Memalukan.. Disiplin PNS Jambi Masih Kurang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler