jpnn.com, JAKARTA - Menteri Sosial Tri Rismaharini mengingatkan prediksi bencana yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Termasuk prediksi adanya ancaman tsunami di pantai Selatan Jawa.
Dalam Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Pacitan hari ini, Mensos mengungkapkan tiga pesan untuk siaga menghadapi potensi tsunami.
BACA JUGA: BMKG Keluarkan Peringatan Keras Soal Potensi Gempa dan Tsunami 28 Meter
"Saya ingin menyampaikan evaluasi dari Kepala BMKG terhadap kondisi Kabupaten Pacitan yang berpotensi terjadi bencana tsunami," kata Mensos Risma saat Rapat Koordinasi Peningkatan Kesiapsiagaan Mengantisipasi Potensi Bencana di Kabupaten Pacitan, secara daring di Jakarta, Selasa (27/7).
Pertama, early warning system atau sistem peringatan dini yakni dengan pengawasan pantai melalui alarm yang akan mengingatkan warga di pantai apabila ada indikasi akan terjadi bahaya gempa dan tsunami.
BACA JUGA: Hadapi Covid-19, Pemerintah Perlu Mencontoh Penanganan Tsunami Aceh
Kedua, menyiapkan upaya penyelamatan diri. Hal ini terkait sarana prasarana dan aksesibilitas bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri secepatnya ketika terjadi bencana.
Mensos mengingatkan bahwa rambu-rambu petunjuk evakuasi, masih kurang. Perlu diperbanyak dan disediakan di tempat-tempat yang memang biasa dikunjungi orang. Lalu jalur evakuasi juga harus diperbanyak serta jembatan menuju Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang terputus harus diperbaiki.
BACA JUGA: Ketum KORPRI Usulkan Konsep Otonomi Birokrasi, Lindungi ASN dari Tsunami Politik
"Untuk teman-teman Tagana (Taruna Siaga Bencana), saya minta untuk bantu pemetaan evakuasi, hambatannya apa, serta aksesnya seperti apa," kata Mensos.
Ketiga, menggunakan kearifan lokal. Menurut Mensos, kearifan lokal yang sudah ada dapat digunakan karena telah teruji sejak lama. Mensos mencontohkan tsunami di Aceh yang salah satu dampaknya dirasakan di Kabupaten Sumeulue.
"Di sana waktu saya lihat korban yang jatuh tidak banyak. Ternyata ada kearifan lokal seperti bangunan-bangunan rumah yang berupa kayu gitu semacam tahan gempa. Masyarakat (secara turun temurun) juga bisa membedakan gempa yang berpotensi tsunami dan mereka segera lari ke atas bukit. Hal-hal seperti itu yang bisa kita gali," katanya.
Terkait pembangunan shelter atau tempat pengungsian sementara akan didiskusikan dengan pihak terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Berkali-kali Kepala BMKG menyampaikan, ramalan ini bukan sekedar ramalan, tapi itu hasil analisa dan penelitian dari para ahli tentang kebencanaan. Karena itu alangkah bijaksana kita bisa mengantisipasi agar tidak terjadi korban yang lebih banyak. Sosialisasi pun harus terus menerus dilakukan," kata Mensos tegas.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, mengatakan menurut hasil penelitian, Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kawasan di garis pantai selatan pulau Jawa yang berpotensi terjadi gempa tsunami.
"Diperkirakan potensi tsunami dapat terjadi dengan ketinggian gelombang hingga 18 meter dengan waktu tiba sekitar 26 menit setelah terjadi gempa bumi," kata Rahmat.
Hadir dalam rapat Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Ssial Pepen Nazzarudin, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, dan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, serta Taruna Siaga Kabupaten Pacitan. (jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Elvi Robia